Langsung ke konten

Langsung ke daftar isi

INDONESIA

Metode Pengabaran Masa Awal

Metode Pengabaran Masa Awal

Siaran Radio

PADA tahun 1933, saudara-saudara membuat pengaturan agar salah satu stasiun radio di Jakarta menyiarkan rekaman khotbah Saudara Rutherford dalam bahasa Inggris. Khotbah itu juga disiarkan ulang dalam bahasa Belanda oleh seorang pria yang berminat akan kebenaran. Siaran radio ini membuat orang tertarik akan kebenaran, dan saudara-saudara jadi lebih mudah menempatkan bacaan di lapangan.

Saat stasiun radio menyiarkan khotbah yang berapi-api dari Saudara Rutherford berjudul ”Effect of Holy Year on Peace and Prosperity” (Pengaruh Tahun Kudus atas Perdamaian dan Kemakmuran), pemimpin agama Katolik menjadi sangat kesal. * Mereka menyuruh kaki tangan mereka untuk menangkap Saudara De Schumaker, yang menyediakan rekaman, dan menuntut dia dengan tuduhan ”mengejek, memfitnah, dan menghasut”. Saudara De Schumaker mati-matian menolak tuduhan itu, tapi dia tetap dikenai denda 25 gulden * dan biaya pengadilan. Tiga koran ternama melaporkan apa yang terjadi di persidangan itu, dan kesaksian pun tersebar lebih luas lagi.

Kapal Lightbearer

Sesudah berlayar selama enam bulan dari Sydney, Australia, kapal Lightbearer milik Lembaga Menara Pengawal yang panjangnya 16 meter akhirnya sampai di Jakarta pada tanggal 15 Juli 1935. Tujuh perintis yang bersemangat berlayar menggunakan kapal ini untuk menyebarkan kabar baik di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Selama lebih dari dua tahun, para perintis di kapal Lightbearer singgah di berbagai pelabuhan di Indonesia, yang besar maupun kecil, dan bacaan Alkitab pun dibagikan dalam jumlah yang sangat banyak. Jean Deschamp bercerita bahwa setiap kali singgah di pelabuhan kecil ”awak kapal menggunakan mesin fonograf untuk memutarkan salah satu khotbah J.F. Rutherford, yang adalah presiden Lembaga Menara Pengawal. Bayangkan, betapa hebohnya orang Melayu di daerah terpencil melihat kapal layar yang besar ini masuk ke pelabuhan mereka dan mengeluarkan suara yang keras. Piring terbang saja tidak semenarik itu”.

Kesaksian yang disampaikan dengan berani oleh saudara-saudara membuat pemimpin agama marah. Mereka mendesak pemerintah agar Lightbearer tidak boleh masuk ke banyak pelabuhan di Indonesia. Pada bulan Desember 1937, Lightbearer kembali ke Australia, dan kapal itu telah berjasa dalam mengukir catatan bersejarah dari kegiatan misionaris di Indonesia.

Awak kapal Lightbearer

^ par. 2 Khotbah Saudara Rutherford menelanjangi Gereja Katolik Roma karena ada ajaran menyimpang, politik, dan urusan bisnis.

^ par. 2 Sekarang nilainya sekitar empat juta rupiah.