Langsung ke konten

Langsung ke daftar isi

PASAL 15

Berjuang Demi Kebebasan Beribadat

Berjuang Demi Kebebasan Beribadat

INTI PASAL INI

Kristus membantu para pengikutnya berjuang demi pengakuan hukum dan hak untuk menaati hukum Allah

1, 2. (a) Apa buktinya bahwa Saudara adalah warga Kerajaan Allah? (b) Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa adakalanya harus berjuang demi kebebasan beragama?

 APAKAH Saudara warga Kerajaan Allah? Sebagai seorang Saksi Yehuwa, jawabannya adalah ya! Lalu, apa bukti kewarganegaraan Saudara? Itu bukanlah paspor, ataupun dokumen lainnya. Sebaliknya, itu nyata dari cara Saudara beribadat kepada Allah Yehuwa. Ibadat sejati mencakup lebih dari sekadar apa yang Saudara yakini. Itu mencakup apa yang Saudara jalani​—ketaatan Saudara kepada hukum Kerajaan Allah. Bagi kita semua, ibadat kita memengaruhi semua aspek kehidupan kita, termasuk cara mengurus keluarga dan bahkan cara menanggapi beberapa masalah kesehatan.

2 Tetapi, dunia tempat tinggal kita tidak selalu merespek kewarganegaraan yang sangat kita hargai ini ataupun persyaratannya. Ada pemerintah yang berupaya membatasi ibadat kita atau bahkan melenyapkannya sama sekali. Adakalanya, rakyat Kristus harus berjuang mendapatkan kebebasan untuk hidup menurut hukum sang Raja Mesias. Apakah itu mengherankan kita? Tidak. Umat Yehuwa pada zaman Alkitab sering harus berjuang demi kebebasan beribadat kepada Yehuwa.

3. Perjuangan apa yang harus dilakukan umat Allah pada zaman Ratu Ester?

3 Pada zaman Ratu Ester, misalnya, umat Allah harus berjuang demi tetap hidup. Mengapa? Perdana Menteri Haman yang fasik menyarankan kepada Ahasweros, raja Persia, agar semua orang Yahudi yang tinggal di kerajaannya dibunuh karena ”hukum-hukum mereka berbeda dengan yang dimiliki semua bangsa lain”. (Est. 3:8, 9, 13) Apakah Yehuwa mengabaikan hamba-hamba-Nya? Tidak, Ia memberkati upaya Ester dan Mordekai kala mereka mengajukan banding kepada raja Persia untuk melindungi umat Allah.​—Est. 9:20-22.

4. Apa yang akan kita bahas dalam pasal ini?

4 Bagaimana di zaman modern? Seperti yang kita lihat dalam pasal sebelumnya, adakalanya para penguasa menentang Saksi-Saksi Yehuwa. Dalam pasal ini, kita akan membahas bagaimana pemerintah seperti itu berupaya membatasi ibadat kita. Kita akan berfokus pada tiga bidang: (1) hak kita untuk ada sebagai suatu organisasi dan untuk beribadat sesuai dengan pilihan kita, (2) kebebasan untuk memilih perawatan medis yang selaras dengan prinsip Alkitab, dan (3) hak orang tua untuk membesarkan anak-anak menurut standar Yehuwa. Dalam setiap bidang, kita akan melihat bagaimana rakyat Kerajaan Mesias yang loyal berjuang tanpa gentar untuk melindungi kewarganegaraan mereka yang berharga dan bagaimana upaya mereka diberkati.

Berjuang Demi Pengakuan Hukum dan Kebebasan Asasi

5. Pengakuan hukum memberikan manfaat apa bagi orang Kristen sejati?

5 Apakah kita butuh pengakuan hukum dari pemerintahan manusia untuk beribadat kepada Yehuwa? Tidak, tetapi pengakuan hukum mempermudah kita menjalankan ibadat​—misalnya, untuk berhimpun dengan leluasa di Balai Kerajaan dan Balai Kebaktian, untuk mencetak dan mengimpor lektur Alkitab, dan untuk membagikan kabar baik kepada sesama secara terbuka, tanpa hambatan. Di banyak negeri, Saksi-Saksi Yehuwa terdaftar secara resmi dan menikmati kebebasan beribadat seperti halnya agama-agama yang diakui lainnya. Namun, apa yang terjadi bila pemerintah tidak mau memberikan pengakuan hukum atau berupaya membatasi kebebasan asasi kita?

6. Saksi-Saksi Yehuwa di Australia menghadapi kesulitan apa pada awal 1940-an?

6 Australia. Pada awal 1940-an, gubernur jenderal Australia menganggap kepercayaan kita ”mengganggu” upaya perang. Pelarangan diberlakukan. Saksi-Saksi tidak bisa berhimpun atau mengabar secara terbuka, Betel ditutup, dan Balai-Balai Kerajaan disita. Memiliki lektur Alkitab kita pun dilarang. Setelah beberapa tahun melaksanakan kegiatan secara diam-diam, Saksi-Saksi di Australia akhirnya lega. Pada 14 Juni 1943, Mahkamah Agung Australia mencabut pelarangan itu.

7, 8. Perjuangan apa yang dilakukan saudara-saudara kita di Rusia selama bertahun-tahun untuk mendapatkan kebebasan beribadat?

7 Rusia. Selama puluhan tahun, Saksi-Saksi Yehuwa dilarang di bawah Komunis, tetapi mereka akhirnya terdaftar pada 1991. Setelah bekas Uni Soviet pecah, kita memperoleh pengakuan hukum di Federasi Rusia pada 1992. Tetapi tidak lama setelah itu, beberapa penentang​—terutama mereka yang tergabung dengan Gereja Ortodoks Rusia—​panik karena pertumbuhan kita yang pesat. Para penentang mengajukan lima rangkaian tuduhan pidana terhadap Saksi-Saksi Yehuwa antara 1995 dan 1998. Jaksa tidak menemukan satu pun bukti bahwa kita bersalah. Para penentang yang bersikeras itu lantas mengajukan gugatan perdata pada 1998. Awalnya Saksi-Saksi menang, tetapi para penentang menolak putusan itu dan Saksi-Saksi kalah pada sidang banding Mei 2001. Pada Oktober tahun itu, dimulai proses persidangan ulang yang menghasilkan keputusan pada 2004 untuk membubarkan badan hukum terdaftar yang digunakan Saksi-Saksi di Moskwa dan melarang kegiatannya.

8 Gelombang penganiayaan menyusul. (Baca 2 Timotius 3:12.) Saksi-Saksi menghadapi pelecehan dan penyerangan. Lektur agama disita; penyewaan dan pembangunan rumah-rumah ibadat sangat dibatasi. Bayangkan perasaan saudara-saudari kita menghadapi semua kesukaran itu! Saksi-Saksi naik banding ke Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia (ECHR) pada 2001, dan mereka memasukkan informasi tambahan ke Mahkamah itu pada 2004. Pada 2010, ECHR mencapai keputusannya. Mahkamah melihat dengan jelas bahwa yang menyebabkan Saksi-Saksi di Rusia dilarang adalah intoleransi agama dan menjatuhkan putusan bahwa tidak ada dasar untuk mendukung keputusan pengadilan-pengadilan rendah karena tidak ada bukti apa pun bahwa Saksi-Saksi bersalah. Mahkamah selanjutnya menyatakan bahwa pelarangan itu dirancang untuk mencabut hak Saksi-Saksi secara hukum. Keputusan Mahkamah tersebut menjunjung hak Saksi-Saksi untuk bebas beragama. Walau berbagai pejabat di Rusia gagal menerapkan putusan ECHR, umat Allah di negeri itu memperoleh keberanian yang besar dari kemenangan-kemenangan tersebut.

Titos Manoussakis (Lihat paragraf 9)

9-11. Di Yunani, bagaimana umat Yehuwa bertarung demi kebebasan beribadat bersama, dan apa hasilnya?

9 Yunani. Pada 1983, Titos Manoussakis menyewa sebuah ruangan di Heraklion, Kreta, agar kelompok kecil Saksi-Saksi Yehuwa bisa berkumpul di sana untuk beribadat. (Ibr. 10:24, 25) Tetapi, seorang pastor Ortodoks segera mengajukan keberatan kepada kalangan berwenang pemerintah, memprotes digunakannya ruangan itu oleh Saksi-Saksi untuk ibadat. Mengapa? Cuma karena kepercayaan Saksi berbeda dengan kepercayaan Gereja Ortodoks! Pihak berwenang pun memulai proses pidana terhadap Titos Manoussakis dan tiga orang Saksi lainnya. Mereka didenda dan divonis dua bulan penjara. Sebagai warga Kerajaan Allah yang loyal, Saksi-Saksi menganggap keputusan pengadilan mengganggu kebebasan mereka untuk beribadat; maka mereka membawa kasus itu ke pengadilan-pengadilan negeri dan akhirnya ke ECHR.

10 Akhirnya, pada 1996, ECHR menjatuhkan pukulan telak terhadap para penentang ibadat murni. Mahkamah menyatakan bahwa ”Saksi-Saksi Yehuwa masuk dalam definisi ’agama yang diakui’ sebagaimana digariskan dalam undang-undang Yunani” dan bahwa keputusan pengadilan-pengadilan rendah memiliki ”dampak langsung atas kebebasan beragama para tergugat”. Mahkamah selanjutnya menyimpulkan bahwa pemerintah Yunani tidak berhak ”menentukan apakah kepercayaan agama atau sarana yang digunakan untuk menjalankan kepercayaan tersebut sah atau tidak”. Vonis atas Saksi-Saksi pun dianulir, dan kebebasan beragama mereka dijunjung tinggi!

11 Apakah kemenangan itu menyelesaikan persoalan di Yunani? Sayangnya, tidak. Pada 2012, di Kassandreia, Yunani, ada kasus serupa yang baru selesai setelah hampir 12 tahun pertarungan hukum. Dalam kasus ini, tentangan itu digerakkan oleh seorang uskup Ortodoks. Dewan Negara, lembaga pengadilan tertinggi di Yunani, memenangkan umat Allah. Keputusan itu mengutip undang-undang Yunani sendiri yang menjamin kebebasan beragama dan menyanggah gugatan yang terus-menerus dilancarkan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa adalah agama yang tidak diakui. Pengadilan menyatakan, ”Doktrin Saksi-Saksi Yehuwa tidak terselubung dan, karena itu, mereka menganut agama yang diakui.” Anggota sidang kecil di Kassandreia bersukacita karena mereka bisa mengadakan pertemuan ibadat di Balai Kerajaan mereka sendiri.

12, 13. Di Prancis, bagaimana para penentang berupaya ”merancangkan kesusahan melalui ketetapan”, dan apa hasilnya?

12 Prancis. Beberapa penentang umat Allah menggunakan taktik ”merancangkan kesusahan melalui ketetapan”. (Baca Mazmur 94:20.) Misalnya, pada pertengahan 1990-an, para pejabat pajak di Prancis mulai mengaudit keuangan Association Les Témoins de Jéhovah (ATJ), salah satu badan hukum yang digunakan Saksi-Saksi di Prancis. Menteri anggaran menyingkapkan tujuan dari audit itu: ”Audit bisa berakibat pembubaran resmi atau proses pidana . . . , yang kemungkinan besar mengganggu pengoperasian perkumpulan atau memaksanya berhenti menjalankan kegiatannya di wilayah kita.” Walau tidak ditemukan adanya penyimpangan, pihak pajak mengenakan pajak yang bisa melumpuhkan kegiatan ATJ. Jika berhasil, taktik ini bisa menyebabkan saudara-saudara kita tidak punya pilihan selain menutup kantor cabang dan menjual gedung-gedungnya untuk membayar pajak yang sangat tinggi. Ini merupakan pukulan yang berat, tetapi umat Allah tidak menyerah. Saksi-Saksi dengan gigih memprotes perlakuan yang tidak adil ini, dan akhirnya mengajukan kasus tersebut ke ECHR pada 2005.

13 Mahkamah mengeluarkan keputusannya pada 30 Juni 2011. Mahkamah berpendapat bahwa hak kebebasan beragama hendaknya mencegah Negara, kecuali dalam kasus yang ekstrem, menentukan keabsahan kepercayaan agama atau caranya itu dijalankan. Mahkamah selanjutnya menyatakan, ”Pengenaan pajak . . . mengakibatkan sumber daya perkumpulan yang sangat penting terkuras sehingga para penganutnya tidak bisa leluasa menjalankan berbagai aspek ibadat mereka.” Mahkamah dengan suara bulat memenangkan Saksi-Saksi Yehuwa! Umat Yehuwa menyambut gembira sewaktu pemerintah Prancis akhirnya mengembalikan pajak yang diberlakukan atas ATJ beserta bunganya dan, atas perintah Mahkamah, menghapus tunggakan yang dikenakan atas properti cabang.

Saudara bisa selalu mendoakan saudara-saudari seiman kita yang menderita ketidakadilan hukum

14. Bagaimana Saudara bisa berperan dalam memperjuangkan kebebasan beribadat?

14 Seperti Ester dan Mordekai zaman dahulu, umat Yehuwa dewasa ini berjuang demi kebebasan beribadat kepada Yehuwa menurut cara yang Ia perintahkan. (Est. 4:13-16) Bisakah Saudara turut berperan? Ya. Saudara bisa selalu mendoakan saudara-saudari seiman kita yang menderita ketidakadilan hukum. Doa-doa seperti itu dapat menjadi bantuan yang ampuh bagi saudara-saudari kita yang menghadapi kesukaran dan penganiayaan. (Baca Yakobus 5:16.) Apakah Yehuwa menjawab doa-doa tersebut? Kemenangan-kemenangan kita di pengadilan menunjukkan bahwa Ia memang menjawabnya!​—Ibr. 13:18, 19.

Kebebasan Memilih Perawatan Medis yang Selaras dengan Kepercayaan Kita

15. Apa saja yang perlu diingat umat Allah mengenai penggunaan darah?

15 Seperti yang kita lihat di Pasal 11, warga Kerajaan Allah menerima bimbingan Alkitab yang jelas untuk menghindari penyalahgunaan darah, yang menjadi begitu umum dewasa ini. (Kej. 9:5, 6; Im. 17:11; baca Kisah 15:28, 29.) Meski kita tidak menerima transfusi darah, kita menginginkan perawatan medis terbaik bagi diri kita dan orang-orang yang kita sayangi selama perawatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum Allah. Pengadilan-pengadilan tertinggi di banyak negeri telah mengakui bahwa orang-orang memiliki hak untuk memilih atau menolak perawatan medis sesuai dengan hati nurani dan agama mereka. Namun, di beberapa negeri umat Allah menghadapi kesulitan yang menciutkan hati berkenaan dengan hal ini. Perhatikan beberapa contoh.

16, 17. Apa yang dialami seorang saudari di Jepang yang membuatnya sangat kaget, dan bagaimana doa-doanya dijawab?

16 Jepang. Misae Takeda, ibu rumah tangga berusia 63 tahun di Jepang, perlu menjalani operasi besar. Sebagai warga Kerajaan Allah yang loyal, dia menjelaskan kepada dokternya bahwa dia menginginkan pengobatan tanpa darah. Namun, berbulan-bulan kemudian dia sangat kaget karena ternyata dia ditransfusi darah selama operasi. Karena merasa haknya dilanggar dan ditipu, Saudari Takeda mengajukan tuntutan hukum terhadap para dokter dan rumah sakit itu pada Juni 1993. Wanita sederhana yang bertutur kata lembut ini memiliki iman yang tak tergoyahkan. Dia bersaksi dengan berani di hadapan banyak orang di ruang pengadilan, terus berdiri selama satu jam walau kondisinya lemah. Dia menghadiri persidangan untuk terakhir kalinya hanya satu bulan sebelum dia meninggal. Keberanian dan imannya sangat mengagumkan! Saudari Takeda mengatakan bahwa dia tiada henti memohon berkat Yehuwa atas perjuangannya. Dia yakin doa-doanya akan dijawab. Benarkah demikian?

17 Tiga tahun setelah Saudari Takeda meninggal, Mahkamah Agung Jepang mengeluarkan putusan yang memenangkannya​—setuju bahwa pemberian transfusi darah itu adalah suatu pelanggaran karena bertentangan dengan keinginannya. Keputusan tertanggal 29 Februari 2000, menyatakan bahwa ”hak untuk memutuskan” dalam kasus seperti itu ”mesti direspek sebagai hak pribadi”. Karena kegigihan Saudari Takeda memperjuangkan kebebasan memilih perawatan medis yang selaras dengan hati nuraninya yang dilatih Alkitab, Saksi-Saksi di Jepang kini bisa mendapat perawatan medis tanpa takut dipaksa menerima transfusi darah.

Pablo Albarracini (Lihat paragraf 18 sampai 20)

18-20. (a) Bagaimana pengadilan banding di Argentina mendukung hak seseorang untuk menolak transfusi darah melalui kartu keterangan medis? (b) Mengenai penyalahgunaan darah, bagaimana kita menunjukkan ketundukan kepada kepemimpinan Kristus?

18 Argentina. Bagaimana warga Kerajaan bisa siap seandainya keputusan medis perlu dibuat saat mereka tidak sadar? Kita dapat selalu membawa dokumen hukum yang akan berbicara untuk kita seperti yang dilakukan Pablo Albarracini. Pada Mei 2012, ia menjadi korban upaya perampokan dan ditembak beberapa kali. Ia dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadar sehingga tidak bisa menjelaskan pendiriannya soal transfusi darah. Tetapi, ia membawa kartu keterangan medis yang sah yang sudah ditandatangani lebih dari empat tahun sebelumnya. Meski kondisinya kritis dan beberapa dokter merasa bahwa untuk menyelamatkan nyawanya, ia perlu ditransfusi darah, staf medis ingin menghormati keinginannya. Namun, ayah Pablo, yang bukan Saksi Yehuwa, meminta agar pengadilan membatalkan keinginan putranya.

19 Pengacara yang mewakili istri Pablo segera naik banding. Dalam beberapa jam, pengadilan banding membatalkan perintah pengadilan rendah dan menjatuhkan putusan bahwa keinginan pasien, yang dinyatakan dalam kartu medis itu, hendaknya direspek. Ayah Pablo naik banding ke Mahkamah Agung Argentina. Namun, Mahkamah Agung tidak bisa menemukan alasan ”untuk meragukan bahwa [pernyataan penolakan transfusi darah dalam kartu medis Pablo] dibuat atas dasar pemahaman, keinginan, dan tanpa paksaan”. Mahkamah menyatakan, ”Setiap orang yang sehat dan dewasa berhak untuk terlebih dahulu memberikan petunjuk sehubungan dengan kesehatan[-nya], dan bisa menerima atau menolak perawatan medis tertentu . . . Petunjuk ini mesti diterima oleh dokter yang bertugas.”

Sudahkah Saudara mengisi kartu keterangan medis Saudara?

20 Saudara Albarracini sudah pulih sepenuhnya. Ia dan istrinya bersyukur bahwa ia melengkapi kartu medis. Melalui tindakan sederhana tetapi penting itu, ia membuktikan bahwa ia tunduk kepada pemerintahan Kristus dalam Kerajaan Allah. Apakah Saudara dan keluarga sudah melakukannya juga?

April Cadoreth (Lihat paragraf 21 sampai 24)

21-24. (a) Bagaimana sampai Mahkamah Agung Kanada akhirnya membuat keputusan yang luar biasa mengenai anak-anak di bawah umur dan penggunaan darah? (b) Bagaimana kasus ini bisa menguatkan hamba-hamba Yehuwa yang masih muda?

21 Kanada. Pengadilan-pengadilan umumnya mengakui hak orang tua untuk memilih perawatan medis terbaik bagi anak-anak mereka. Kadang, pengadilan bahkan mengeluarkan putusan bahwa anak-anak di bawah umur yang dinyatakan dewasa hendaknya direspek sehubungan dengan membuat keputusan medis. Itulah yang dialami April Cadoreth. Pada usia 14 tahun, April diopname karena perdarahan dalam yang parah. Beberapa bulan sebelumnya, dia sudah melengkapi Kartu Keterangan Medis yang berisi keterangan tertulis bahwa transfusi darah tidak boleh diberikan kepadanya dalam keadaan kritis sekalipun. Dokter yang bertugas mengabaikan keinginan April yang dinyatakan dengan jelas dan berupaya memperoleh perintah pengadilan untuk memberinya darah. Dia secara paksa ditransfusi tiga kantong sel darah merah. April belakangan menyamakan pengalaman ini dengan pemerkosaan.

22 April dan orang tuanya menempuh jalur hukum. Setelah dua tahun, kasus ini dibawa ke Mahkamah Agung Kanada. Meski April kalah dalam gugatannya terhadap hukum, Mahkamah membayarkan biaya perkaranya dan mengeluarkan putusan yang memenangkan dia dan anak-anak di bawah umur lainnya yang berupaya melaksanakan hak mereka untuk membuat keputusan medis bagi diri sendiri. Mahkamah menyatakan, ”Dalam konteks perawatan medis, kaum muda di bawah 16 tahun hendaknya diizinkan untuk mengungkapkan pandangan mereka tentang keputusan medis tertentu yang mencerminkan tingkat kedewasaan yang memadai dalam cara berpikir dan kematangan.”

23 Kasus ini sangat penting karena Mahkamah Agung mengakui hak konstitusional anak-anak di bawah umur yang dinyatakan dewasa. Sebelumnya, pengadilan Kanada berhak menentukan perawatan medis atas seorang anak di bawah usia 16 tahun selama pengadilan menganggap perawatan itu demi kebaikan sang anak. Tetapi, setelah putusan ini, pengadilan tidak berhak menentukan perawatan apa pun yang bertentangan dengan keinginan anak muda di bawah usia 16, tanpa pertama-tama memberi mereka kesempatan untuk membuktikan bahwa mereka cukup matang untuk membuat keputusan sendiri.

”Tahu bahwa saya punya sedikit andil dalam upaya memuliakan nama Allah dan membuktikan Setan pendusta membuat saya sangat bahagia”

24 Apakah perjuangan selama tiga tahun ini tidak sia-sia? Menurut April, ”Ya!” Kini, perintis biasa yang sehat walafiat ini berkata, ”Tahu bahwa saya punya sedikit andil dalam upaya memuliakan nama Allah dan membuktikan Setan pendusta membuat saya sangat bahagia.” Pengalaman April menunjukkan bahwa anak-anak muda kita bisa berani menentukan sikap, membuktikan diri mereka sebagai warga Kerajaan Allah yang sejati.​—Mat. 21:16.

Kebebasan Membesarkan Anak-Anak Menurut Standar Yehuwa

25, 26. Situasi apa saja yang kadang bisa timbul jika terjadi perceraian?

25 Yehuwa memercayakan kepada orang tua tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak mereka menurut standar-Nya. (Ul. 6:6-8; Ef. 6:4) Tugas itu sulit, tetapi itu bisa menjadi lebih sulit jika orang tuanya bercerai. Pandangan mereka tentang cara membesarkan anak bisa sangat berbeda. Misalnya, orang tua yang Saksi ingin sekali agar sang anak dibesarkan menurut standar Kristen, tetapi orang tua yang bukan Saksi boleh jadi tidak setuju. Tentu saja, orang tua yang Saksi perlu dengan respek menyadari bahwa walau perceraian memutuskan perkawinan, hubungan orang tua dan anak tidak berubah.

26 Orang tua non-Saksi mungkin mengajukan petisi ke pengadilan untuk mendapatkan hak asuh seorang anak atau anak-anak supaya ia sebagai ayah atau ibu bisa memilih caranya mereka dibesarkan menurut agama yang dianut. Ada yang berpendapat bahwa membesarkan anak sebagai Saksi Yehuwa itu berbahaya. Mereka bisa jadi menyatakan bahwa anak-anak bakal tidak bisa merayakan ulang tahun, hari-hari raya dan, ketika terjadi situasi darurat medis, tidak bisa ditransfusi darah yang ”menyelamatkan kehidupan”. Syukurlah, banyak pengadilan mempertimbangkan kesejahteraan sang anak ketimbang memutuskan apakah agama dari salah satu orang tua membahayakan. Mari kita perhatikan beberapa contoh.

27, 28. Bagaimana Pengadilan Tinggi Ohio menanggapi tuduhan bahwa dibesarkan sebagai Saksi Yehuwa itu berbahaya bagi seorang anak?

27 Amerika Serikat. Pada 1992, Pengadilan Tinggi di Ohio memeriksa kasus seorang ayah non-Saksi yang mengklaim bahwa akan berbahaya jika putranya yang masih muda dibesarkan sebagai Saksi Yehuwa. Pengadilan rendah sudah menyetujuinya dan memberikan hak asuh kepada sang ayah. Ibunya, Jennifer Pater, diberi hak untuk berkunjung, tetapi dia tidak boleh ”mengajarkan atau memperkenalkan kepada sang anak kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa dalam bentuk apa pun”. Perintah pengadilan rendah ini luas jangkauannya sehingga dapat berarti bahwa Saudari Pater bahkan tidak boleh mengobrol dengan putranya, Bobby, tentang Alkitab atau standar moralnya! Dapatkah Saudara membayangkan perasaan Jennifer? Dia sangat terpukul, tetapi dia mengatakan bahwa dia belajar untuk sabar dan menunggu Yehuwa bertindak. Dia mengenang, ”Yehuwa selalu menyertai saya.” Pengacaranya, dibantu organisasi Yehuwa, naik banding ke Pengadilan Tinggi Ohio.

28 Pengadilan ini tidak menyetujui keputusan pengadilan rendah, dengan menyatakan bahwa ”orang tua memiliki hak yang mendasar untuk mendidik anak-anak mereka, termasuk hak untuk mengomunikasikan nilai-nilai moral dan agama mereka”. Pengadilan menyatakan bahwa kecuali jika nilai-nilai agama yang diajarkan Saksi-Saksi Yehuwa itu membahayakan fisik dan mental sang anak, pengadilan tidak memiliki hak untuk membatasi hak asuh orang tua atas dasar agama. Pengadilan tidak menemukan bukti bahwa kepercayaan agama Saksi-Saksi bakal memberikan pengaruh yang merusak kesehatan mental dan fisik sang anak.

Banyak pengadilan telah memberikan hak asuh kepada orang tua Kristen

29-31. Mengapa seorang saudari di Denmark kehilangan hak asuh atas putrinya, dan apa keputusan Mahkamah Agung Denmark dalam persoalan ini?

29 Denmark. Anita Hansen juga menghadapi kesulitan serupa ketika mantan suaminya mengajukan petisi ke pengadilan untuk memperoleh hak asuh atas Amanda yang berusia tujuh tahun. Walau pengadilan distrik memberikan hak asuh kepada Saudari Hansen pada tahun 2000, ayah Amanda naik banding ke pengadilan tinggi, yang menganulir putusan pengadilan distrik dan memberikan hak asuh kepadanya. Pengadilan tinggi menyatakan bahwa karena kedua orang tua berbeda pandangan tentang prinsip hidup berdasarkan kepercayaan agama mereka, sang ayahlah yang lebih patut mendapatkan hak asuh. Jadi, pada dasarnya, Saudari Hansen kehilangan hak asuh atas Amanda karena dia Saksi-Saksi Yehuwa!

30 Selama menghadapi situasi yang sulit ini, Saudari Hansen kadang merasa begitu tertekan sehingga dia tidak tahu apa yang harus didoakan. ”Tapi,” katanya, ”buah pikiran di Roma 8:26 dan 27 sangat menghibur. Saya selalu merasa bahwa Yehuwa mengerti apa yang saya maksudkan. Mata-Nya tertuju pada saya dan selalu menyertai saya.”​—Baca Mazmur 32:8; Yesaya 41:10.

31 Saudari Hansen naik banding ke Mahkamah Agung Denmark. Dalam putusannya, Mahkamah menyatakan, ”Pertanyaan soal hak asuh akan diputuskan berdasarkan penilaian yang konkret tentang apa yang terbaik bagi sang anak.” Selanjutnya, Mahkamah menyatakan bahwa keputusan soal hak asuh bergantung pada cara kedua orang tua menyelesaikan konflik, bukan berdasarkan ”doktrin dan pendirian” Saksi-Saksi Yehuwa. Saudari Hansen sangat lega karena Mahkamah mengakui bahwa dia layak mengasuh Amanda dan hak itu dikembalikan kepadanya.

32. Bagaimana Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia melindungi orang tua Saksi dari diskriminasi?

32 Berbagai negeri di Eropa. Dalam beberapa kasus, sengketa hukum soal hak asuh anak-anak dibawa sampai ke pengadilan-pengadilan tertinggi nasional. Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia (ECHR) mempertimbangkan persoalan ini dengan baik. Dalam dua kasus, ECHR mengakui bahwa pengadilan-pengadilan rendah tingkat nasional telah memperlakukan orang tua Saksi dan non-Saksi dengan cara yang berbeda hanya karena agama. Dengan menyebut perlakuan tersebut sebagai diskriminasi, ECHR menjatuhkan putusan bahwa ”pembedaan semata-mata atas dasar agama tidak bisa diterima”. Seorang ibu Saksi yang memperoleh manfaat dari keputusan ECHR itu mengungkapkan kelegaannya dan berkata, ”Sakit rasanya dituduh membahayakan anak-anak, padahal saya sudah memberikan apa yang saya rasa terbaik buat mereka​—membesarkan mereka menurut cara Kristen.”

33. Bagaimana orang tua Saksi bisa menerapkan prinsip di Filipi 4:5?

33 Tentu saja, orang tua Saksi yang menghadapi kesulitan hukum atas hak mereka menanamkan standar Alkitab dalam hati anak-anak berupaya bersikap masuk akal. (Baca Filipi 4:5.) Sebagaimana mereka menghargai bahwa mereka punya hak melatih anak-anak menurut jalan Allah, mereka juga mengakui bahwa ayah atau ibu non-Saksi, jika ia mau, ikut bertanggung jawab sebagai orang tua. Seberapa serius tanggung jawab orang tua Saksi mendidik seorang anak?

34. Bagaimana orang tua Kristen dewasa ini dapat memperoleh manfaat dari teladan orang Yahudi pada zaman Nehemia?

34 Contoh dari zaman Nehemia sangat berguna. Orang Yahudi bekerja keras memperbaiki dan membangun kembali tembok Yerusalem. Mereka tahu bahwa dengan melakukannya, mereka dan keluarga akan terlindung dari musuh-musuh di sekeliling mereka. Maka, Nehemia mendesak mereka, ”Bertarunglah untuk saudara-saudaramu, putra-putrimu, istrimu, dan rumahmu.” (Neh. 4:14) Bagi orang Yahudi, pertarungan itu tidak sia-sia. Dewasa ini pun orang tua Saksi bekerja keras membesarkan anak-anak mereka di jalan kebenaran. Mereka tahu bahwa anak-anak terus dibanjiri pengaruh yang tidak sehat di sekolah dan lingkungan sekitar. Pengaruh tersebut boleh jadi bahkan menyusup ke rumah melalui media. Orang tua, jangan pernah lupa bahwa segala upaya Saudara untuk bertarung demi menyediakan lingkungan yang aman yang bisa membuat anak-anak bertumbuh secara rohani tidak akan sia-sia.

Yakinlah akan Dukungan Yehuwa Terhadap Ibadat Sejati

35, 36. Apa saja manfaat yang akhirnya diperoleh Saksi-Saksi Yehuwa karena memperjuangkan hak-hak hukum, dan apa tekad Saudara?

35 Yehuwa pasti memberkati upaya organisasi-Nya di zaman modern dalam memperjuangkan hak untuk bebas beribadat. Sewaktu memperjuangkannya, umat Allah sering kali bisa memberikan kesaksian yang ampuh di pengadilan dan kepada khalayak umum. (Rm. 1:8) Manfaat lain dari banyak kemenangan hukum mereka adalah bahwa mereka telah memperteguh hak-hak sipil banyak orang non-Saksi. Namun, sebagai umat Allah, kita bukan para reformis sosial; kita pun tidak berminat membenarkan diri. Yang terutama, Saksi-Saksi Yehuwa memperjuangkan hak hukum mereka di pengadilan demi meneguhkan dan memajukan ibadat murni.​—Baca Filipi 1:7.

36 Semoga kita tidak pernah menganggap remeh pelajaran tentang iman yang dapat kita peroleh dari mereka yang sudah berjuang demi kebebasan beribadat kepada Yehuwa! Kiranya kita juga tetap setia, yakin bahwa Yehuwa selalu mendukung pekerjaan kita dan terus memberi kita kekuatan untuk melakukan kehendak-Nya.​—Yes. 54:17.