ARTIKEL PELAJARAN 9

Yehuwa Akan Menenangkan Saudara

Yehuwa Akan Menenangkan Saudara

”Sewaktu rasa khawatir meliputi aku, Engkau menghibur dan menenangkan aku.”​—MZ. 94:19.

NYANYIAN 38 Lemparkanlah Bebanmu kepada Yehuwa

YANG DIBAHAS *

1. Apa saja yang bisa membuat kita khawatir atau tertekan, dan kalau kita merasa sangat khawatir, apa yang bisa jadi kita pikirkan?

APAKAH Saudara pernah merasa sangat khawatir atau tertekan? * Mungkin Saudara merasa tertekan karena orang lain mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyakiti Saudara. Atau Saudara merasa khawatir karena memikirkan apa yang Saudara sendiri katakan atau lakukan. Misalnya, Saudara mungkin melakukan perbuatan salah dan khawatir Yehuwa tidak akan mengampuni Saudara. Dan yang lebih parah lagi, karena Saudara merasa sangat khawatir, Saudara mungkin berpikir bahwa Saudara adalah orang yang tidak baik dan tidak beriman. Tapi, apakah itu benar?

2. Di Alkitab, contoh siapa saja yang menunjukkan bahwa kalau kita khawatir, itu tidak berarti kita kurang beriman?

2 Pikirkan beberapa contoh di Alkitab. Hana, yang belakangan menjadi ibu dari Nabi Samuel, adalah orang yang sangat beriman. Tapi, dia merasa sangat tertekan ketika salah satu anggota keluarganya memperlakukan dia dengan buruk. (1 Sam. 1:7) Rasul Paulus punya iman yang sangat kuat, tapi dia merasa sangat ”khawatir untuk semua sidang jemaat”. (2 Kor. 11:28) Raja Daud juga sangat beriman, dan Yehuwa sangat mengasihi dia. (Kis. 13:22) Meski begitu, Daud pernah berbuat salah, dan itu membuatnya benar-benar tertekan. (Mz. 38:4) Yehuwa menghibur dan menenangkan mereka semua. Mari kita bahas apa yang bisa kita pelajari dari contoh mereka.

YANG BISA KITA PELAJARI DARI HANA

3. Apa pengaruh kata-kata orang lain terhadap kita?

3 Saat orang lain berbicara dengan kasar atau bersikap tidak baik kepada kita, kita mungkin merasa tertekan. Perasaan itu bisa semakin parah kalau orang yang menyakiti kita adalah sahabat atau keluarga kita sendiri. Kita mungkin khawatir hubungan kita dengannya rusak. Kadang, orang yang menyakiti kita mungkin berbicara tanpa berpikir, dan kita merasa seperti ditusuk dengan pedang! (Ams. 12:18) Atau bahkan, seseorang mungkin dengan sengaja mengatakan sesuatu untuk menyakiti kita. Situasi seperti itu pernah dihadapi oleh seorang saudari muda. Dia berkata, ”Beberapa tahun yang lalu, teman baik saya menyebarkan gosip tentang saya di media sosial. Saya merasa sangat sakit hati dan tertekan. Saya tidak mengerti mengapa dia menusuk saya dari belakang seperti itu.” Kalau Saudara pernah disakiti oleh sahabat atau keluarga Saudara, Saudara bisa banyak belajar dari teladan Hana.

4. Kesulitan apa saja yang Hana hadapi?

4 Hana menghadapi beberapa masalah yang sulit. Selama bertahun-tahun, dia tidak bisa punya anak. (1 Sam. 1:2) Pada waktu itu, orang-orang Israel percaya bahwa jika seorang wanita tidak bisa punya anak, itu berarti dia dikutuk oleh Allah. Jadi, Hana merasa sangat malu. (Kej. 30:1, 2) Ada hal lain lagi yang membuat hidup Hana semakin sulit. Suami Hana punya istri lain, yaitu Penina, dan Penina melahirkan beberapa anak. Dia cemburu kepada Hana dan ”selalu mengejek Hana untuk membuat dia kesal”. (1 Sam. 1:6) Awalnya, semua masalah itu membuat Hana merasa sangat tertekan. Dia ”menangis dan tidak mau makan” karena dia ”begitu sedih”. (1 Sam. 1:7, 10) Tapi, apa yang akhirnya membuat Hana merasa terhibur?

5. Apa hasilnya setelah Hana berdoa?

5 Hana mencurahkan isi hatinya kepada Yehuwa dalam doa. Setelah dia berdoa, dia menceritakan keadaannya kepada Imam Besar Eli. Lalu, Eli memberi tahu Hana, ”Pergilah dengan damai. Semoga Allah Israel mendengarkan permintaanmu.” Apa hasilnya? Hana pun ”pergi dan makan, dan wajahnya tidak muram lagi”. (1 Sam. 1:17, 18) Doa membuat Hana merasa damai.

Seperti Hana, bagaimana kita bisa terus merasa tenang? (Lihat paragraf 6-10)

6. Dari contoh Hana dan ayat di Filipi 4:6, 7, apa yang bisa kita pelajari tentang doa?

6 Kita bisa merasa damai jika kita terus berdoa kepada Yehuwa. Hana berdoa sangat lama kepada Bapaknya yang di surga. (1 Sam. 1:12) Kita juga bisa memanjatkan doa yang panjang dan bercerita kepada Yehuwa tentang kekhawatiran, ketakutan, dan kelemahan kita. Doa kita tidak perlu disampaikan dengan kata-kata yang sangat indah atau teratur. Kadang kita bahkan menangis saat menyampaikan masalah kita kepada Yehuwa. Meski begitu, Yehuwa tidak pernah bosan mendengarkan kita. Selain berdoa tentang kekhawatiran kita, kita perlu melakukan apa yang disebut di Filipi 4:6, 7. Paulus memberi tahu kita bahwa kita juga perlu mengucapkan syukur sewaktu berdoa. Kita punya banyak alasan untuk bersyukur kepada Yehuwa. Misalnya, kita bisa bersyukur atas kehidupan yang berasal dari-Nya, ciptaan-Nya yang indah, kasih setia-Nya, dan harapan luar biasa yang Dia berikan. Apa lagi yang bisa kita pelajari dari Hana?

7. Apa yang secara rutin dilakukan Hana dan suaminya?

7 Meskipun menghadapi berbagai masalah, Hana secara rutin pergi bersama suaminya ke tabernakel di Syilo untuk beribadah kepada Yehuwa. (1 Sam. 1:1-5) Di tabernakel itulah Imam Besar Eli mengatakan bahwa dia berharap Yehuwa akan menjawab doa Hana. Kata-kata itu sangat menguatkan Hana.​—1 Sam. 1:9, 17.

8. Bagaimana perhimpunan bisa membantu kita? Jelaskan.

8 Kita bisa merasa damai jika kita rutin berhimpun. Perhimpunan selalu dibuka dengan doa. Saudara yang berdoa biasanya akan meminta agar kuasa kudus Yehuwa menyertai acara itu. Nah, kedamaian merupakan bagian dari buah kuasa kudus. (Gal. 5:22) Kalau kita datang berhimpun meski kita sedang tertekan, Yehuwa dan saudara-saudari bisa menguatkan kita dan membantu kita mendapatkan kedamaian hati dan pikiran. Jadi, doa dan perhimpunan adalah dua cara utama yang Yehuwa gunakan untuk menenangkan kita. (Ibr. 10:24, 25) Mari kita bahas pelajaran lain dari kisah Hana.

9. (a) Apakah masalah yang Hana hadapi langsung hilang? Jelaskan. (b) Mengapa Hana bisa merasa damai?

9 Masalah yang Hana hadapi tidak langsung hilang. Saat Hana dan keluarganya selesai beribadah dan pulang ke rumah mereka, Hana masih harus tinggal serumah dengan Penina. Dan Alkitab tidak mengatakan bahwa sikap Penina berubah. Jadi, Hana kelihatannya harus terus bertahan menghadapi kata-kata Penina yang menyakitkan. Tapi, Hana bisa terus merasa damai. Mengapa? Seperti yang kita bahas tadi, Hana tidak lagi merasa khawatir setelah dia menyerahkan masalahnya kepada Yehuwa. Hana benar-benar mengandalkan Yehuwa. Belakangan, Yehuwa menjawab doa Hana, dan dia pun melahirkan beberapa anak.​—1 Sam. 1:19, 20; 2:21.

10. Apa yang kita pelajari dari contoh Hana?

10 Kita bisa merasa damai meskipun masalah kita masih ada. Meskipun kita sering berdoa dengan sungguh-sungguh dan rutin berhimpun, beberapa masalah mungkin tidak akan hilang. Tapi dari contoh Hana, kita belajar bahwa Yehuwa bisa menenangkan kita, tidak soal seperti apa keadaan kita. Yehuwa tidak akan pernah melupakan kita, dan pada saatnya, Dia akan memberkati kita karena kita terus setia.​—Ibr. 11:6.

YANG BISA KITA PELAJARI DARI RASUL PAULUS

11. Apa saja yang membuat Paulus khawatir dan tertekan?

11 Ada banyak hal yang membuat Paulus khawatir dan tertekan. Misalnya, karena dia mengasihi saudara-saudarinya, dia sangat tertekan saat tahu bahwa mereka menghadapi masalah. (2 Kor. 2:4; 11:28) Selain itu, selama Paulus melayani sebagai rasul, banyak orang menentang dia. Dia dipukuli dan dijebloskan ke penjara. Dia juga harus menghadapi kesulitan-kesulitan lainnya yang membuat dia tertekan. Misalnya, dia pernah ”hidup dalam kekurangan”. (Flp. 4:12) Dan Paulus pernah mengalami karam kapal setidaknya tiga kali. Jadi, dia pasti sangat khawatir setiap kali harus pergi dengan kapal. (2 Kor. 11:23-27) Saat Paulus khawatir dan tertekan, apa yang membantu dia?

12. Apa yang membantu mengurangi kekhawatiran Paulus?

12 Paulus merasa khawatir saat saudara-saudarinya menghadapi masalah. Tapi, dia tidak berusaha mengatasi masalah itu sendirian. Paulus menyadari keterbatasannya. Dia meminta bantuan orang lain untuk membantu saudara-saudari itu. Misalnya, dia memberikan banyak tugas kepada pria-pria yang bisa dipercaya seperti Timotius dan Titus. Bantuan mereka pasti membuat kekhawatiran Paulus berkurang.​—Flp. 2:19, 20; Tit. 1:1, 4, 5.

Seperti Rasul Paulus, apa yang bisa kita lakukan agar tidak terus merasa tertekan? (Lihat paragraf 13-15)

13. Bagaimana para penatua bisa meniru Paulus?

13 Mintalah bantuan orang lain. Sekarang, ada banyak penatua yang pengasih seperti Paulus. Mereka mengkhawatirkan saudara-saudari yang menghadapi masalah. Tapi, seorang penatua tidak bisa membantu semua saudara-saudari di sidang. Kalau dia menyadari keterbatasannya, dia akan membagi tugas itu dengan saudara-saudara lain yang bisa dipercaya. Dia juga akan melatih saudara-saudara muda agar mereka nantinya bisa membantu dia mengurus kawanan domba Allah.​—2 Tim. 2:2.

14. Paulus tidak khawatir akan hal apa, dan apa yang bisa kita pelajari dari teladannya?

14 Akui bahwa Saudara perlu dikuatkan oleh orang lain. Paulus adalah orang yang rendah hati, jadi dia tahu bahwa dia perlu dikuatkan oleh teman-temannya. Dan, dia tidak malu untuk mengakui bahwa dia telah dikuatkan oleh orang lain. Paulus tidak khawatir akan dianggap lemah. Sewaktu menulis suratnya kepada Filemon, Paulus berkata, ”Aku merasakan sukacita besar dan terhibur saat mendengar tentang kasihmu.” (Flm. 7) Paulus juga menyebutkan nama rekan-rekan seimannya yang sering menguatkan dia saat dia mengalami kesulitan. (Kol. 4:7-11) Kalau kita dengan rendah hati mengakui bahwa kita butuh dikuatkan oleh orang lain, saudara-saudari kita pasti akan senang memberikan bantuan dan dukungan yang kita butuhkan.

15. Bagaimana Paulus bisa merasa terhibur saat mengalami situasi yang sangat sulit?

15 Carilah penghiburan dari Firman Allah. Paulus tahu bahwa Kitab Suci bisa menghibur dia serta memberi dia hikmat untuk menghadapi kesulitan apa pun. (Rm. 15:4; 2 Tim. 3:15, 16) Sewaktu dipenjarakan di Roma untuk kedua kalinya, Paulus merasa bahwa dia sebentar lagi akan mati. Saat menghadapi situasi yang sangat sulit itu, apa yang Paulus lakukan? Dia meminta Timotius untuk segera datang dan membawa ”gulungan-gulungan kitab”. (2 Tim. 4:6, 7, 9, 13) Mengapa? Karena Paulus kelihatannya ingin membaca dan merenungkan isi gulungan-gulungan itu, yang adalah bagian dari Kitab-Kitab Ibrani. Kalau kita meniru Paulus dengan mempelajari Firman Allah secara rutin, Yehuwa juga akan menggunakan Alkitab untuk menenangkan kita dalam keadaan apa pun.

YANG BISA KITA PELAJARI DARI RAJA DAUD

Seperti Raja Daud, apa yang bisa membantu kita kalau kita melakukan kesalahan yang serius? (Lihat paragraf 16-19)

16. Bagaimana perasaan Daud ketika dia melakukan dosa serius?

16 Daud pernah melakukan sesuatu yang sangat buruk. Dia berzina dengan Bat-syeba lalu membuat rencana untuk membunuh suaminya. Selama beberapa waktu, Daud menutup-nutupi dosanya. (2 Sam. 12:9) Awalnya, Daud mencoba mengabaikan perasaan bersalahnya. Akibatnya, hubungan dia dengan Yehuwa menjadi rusak. Dia juga merasa sangat tertekan dan bahkan jatuh sakit. (Mz. 32:3, 4) Apa yang akhirnya membantu Daud mengatasi tekanan yang dia rasakan karena kesalahannya itu? Dan apa yang bisa membantu kita jika kita melakukan dosa serius?

17. Bagaimana Mazmur 51:1-4 menunjukkan bahwa Daud benar-benar menyesali perbuatannya?

17 Berdoalah memohon pengampunan. Daud akhirnya berdoa kepada Yehuwa. Dia benar-benar menyesal dan mengakui semua dosanya kepada Yehuwa. (Mz. 51:1-4) Hasilnya, Daud bisa kembali merasa damai dan bahagia. (Mz. 32:1, 2, 4, 5) Kalau Saudara melakukan dosa serius, jangan mencoba untuk menutup-nutupinya. Berdoalah kepada Yehuwa, dan akui dosa Saudara secara terbuka. Setelah itu, Saudara akan merasa lebih tenang, dan rasa bersalah Saudara bisa berkurang. Tapi kalau Saudara mau kembali bersahabat dengan Yehuwa, ada hal lain yang perlu Saudara lakukan.

18. Bagaimana tanggapan Daud saat dia mendapat disiplin?

18 Terimalah disiplin. Ketika Yehuwa mengutus Nabi Natan untuk menegur Daud, Daud tidak berusaha membela diri atau mengatakan bahwa dosanya tidak terlalu parah. Dia langsung mengakui bahwa dia telah berdosa terhadap suami Bat-syeba dan terutama terhadap Yehuwa. Daud menerima disiplin dari Yehuwa, dan Yehuwa pun mengampuni dia. (2 Sam. 12:10-14) Kalau kita melakukan dosa serius, kita perlu berbicara kepada saudara-saudara yang telah Yehuwa lantik sebagai gembala. (Yak. 5:14, 15) Kita juga tidak boleh membela diri. Kalau kita langsung menerima dan menjalankan disiplin yang diberikan kepada kita, kita pasti bisa kembali merasa damai dan bahagia.

19. Apa yang seharusnya menjadi tekad kita?

19 Bertekadlah untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Raja Daud tahu bahwa dia membutuhkan bantuan Yehuwa agar dia tidak mengulangi kesalahan yang sama. (Mz. 51:7, 10, 12) Setelah Daud diampuni oleh Yehuwa, dia bertekad untuk menghindari keinginan yang salah. Hasilnya, Daud bisa merasakan kedamaian.

20. Bagaimana kita menunjukkan bahwa kita bersyukur atas pengampunan yang Yehuwa berikan?

20 Kalau kita berdoa memohon ampun, menerima disiplin, dan sungguh-sungguh berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, kita menunjukkan bahwa kita bersyukur atas pengampunan yang Yehuwa berikan. Setelah kita melakukan hal-hal itu, kita bisa kembali merasakan kedamaian. Itulah yang dialami seorang saudara bernama James, yang pernah melakukan dosa serius. Dia berkata, ”Setelah saya mengakui dosa saya kepada para penatua, saya merasa seperti beban berat sudah terangkat dari pundak saya. Saya bisa merasa damai lagi.” Kita pasti sangat dikuatkan karena tahu bahwa ”Yehuwa dekat dengan orang yang hancur hatinya [dan] menyelamatkan orang yang patah semangat”.​—Mz. 34:18.

21. Apa yang perlu kita lakukan agar bisa mendapat penghiburan dari Yehuwa?

21 Hari-hari terakhir ini akan segera berakhir. Jadi, kita kemungkinan akan semakin merasa khawatir dan tertekan. Saat perasaan khawatir itu muncul, segeralah berdoa memohon bantuan Yehuwa. Teruslah pelajari Alkitab. Belajarlah dari teladan Hana, Paulus, dan Daud. Mintalah bantuan Yehuwa agar Saudara mengetahui apa yang sebenarnya membuat Saudara merasa tertekan. (Mz. 139:23) Serahkan kekhawatiran Saudara kepada Yehuwa, terutama saat Saudara tidak bisa berbuat banyak untuk mengubah keadaan. Saudara akan merasa seperti sang pemazmur yang bernyanyi kepada Yehuwa, ”Sewaktu rasa khawatir meliputi aku, Engkau menghibur dan menenangkan aku.”​—Mz. 94:19.

NYANYIAN 22 ”Yehuwa Adalah Gembalaku”

^ par. 5 Dari waktu ke waktu, kita semua menghadapi masalah yang membuat kita khawatir atau tertekan. Di artikel ini, kita akan membahas tentang tiga hamba Yehuwa pada zaman Alkitab yang pernah berjuang menghadapi perasaan khawatir. Kita juga akan membahas bagaimana Yehuwa menghibur dan menenangkan mereka.

^ par. 1 PENJELASAN: Seseorang biasanya merasa khawatir atau tertekan karena mereka menghadapi kesulitan ekonomi, masalah keluarga, problem kesehatan, atau hal-hal lainnya. Kita juga bisa merasa tertekan karena pernah melakukan kesalahan. Atau kita mungkin merasa khawatir karena memikirkan hal-hal yang bisa jadi akan kita alami.