Harapan dengan Jaminan yang Pasti
Pasal 3
Harapan dengan Jaminan yang Pasti
1-3. (a) Mengapa sekedar percaya bahwa Allah ada tidak cukup bagi kita untuk mendapat perkenan ilahi? (b) Menurut Ibrani 11:6, apa yang harus kita percayai, dan mengapa ini penting?
BANYAK orang mengaku percaya bahwa Allah ada. Namun untuk hidup dalam perkenan ilahi jauh lebih banyak yang dituntut. Kita perlu benar-benar yakin bahwa segala macam penderitaan yang mungkin kita tanggung hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan berkat-berkat mulia yang akan dilimpahkan oleh Allah Yang Mahakuasa atas hamba-hambaNya.
2 Maka, juga tidak cukup jika kita melayani Pencipta hanya karena merasa berkewajiban terhadap Dia sebagai Pemberi Hidup kita. Sekedar merasakan sesuatu sebagai kewajiban tidaklah cukup untuk membuat kita tetap setia, mengingat segala ujian yang akan kita hadapi—kekejaman serta caci maki, penyakit, kekecewaan, tekanan ekonomi. Hanya kasih yang kuat dan tak terpatahkan kepada Bapa surgawi kita yang dapat memelihara kesetiaan kita.
3 Untuk memiliki kasih semacam itu kepada Allah, kita harus percaya bahwa Ia sendiri pengasih, baik dan murah hati. Alkitab menunjukkan bahwa iman seperti itu mutlak perlu bagi orang-orang Kristen. Dikatakan: ”Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibrani 11:6) Meremehkan janji Allah untuk memberkati hamba-hambaNya sebenarnya memutarbalik pengetahuan kita tentang Dia. Hal ini dapat menghalangi kita untuk mengakui Yehuwa sebagai Allah yang sangat menghargai pekerjaan baik dari umat-Nya. (Ibrani 6:10) Sebaliknya, dengan benar-benar yakin bahwa Yang Mahatinggi memberi upah, akan terbentuk dalam diri kita suatu penghargaan yang mendorong kita untuk ingin menyenangkan Dia.
’DIPELIHARA UNTUK KESELAMATAN’
4. Bagaimana Allah Yehuwa membantu kita untuk memperoleh keselamatan, dan dengan demikian apa yang seharusnya kita lakukan?
4 Tentu, keselamatan tidaklah kita terima sebagai bayaran karena melayani Allah, misalnya dengan memelihara tingkah laku yang baik dan membantu orang lain secara rohani dan materi. Bapa surgawi kita sendirilah yang telah menyediakan segalanya agar kita mendapat hidup kekal, dan Ia membantu kita untuk dapat melakukan kehendakNya serta menerima berkat itu. Karena itu, harapan yang Allah berikan ini mendorong kita untuk tunduk sepenuhnya kepada bimbingan ilahi. Karena yakin sepenuhnya bahwa Yehuwa memberi upah, kita dapat terus bekerja sama dengan Dia dalam usaha menjadikan diri kita orang-orang Kristen sejati, yang bertumbuh sepenuhnya. (Efesus 4:13-15) Memang, agar terbina kerja sama yang aktif semacam itu dengan sang Pencipta, kita dituntut untuk berusaha sekuat tenaga mengendalikan kecenderungan-kecenderungan kita yang berdosa. Namun Dialah, melalui rohNya, yang sebenarnya memungkinkan pertumbuhan rohani kita. Ucapan rasul Petrus berikut ini dengan indah menekankan peranan Allah dalam menjamin penggenapan harapan Kristen kita:
”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan [harapan yang hidup, NW], untuk menerima suatu bagian [warisan, NW] yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.”—1 Petrus 1:3-5.
5. Mengapa ada alasan yang kuat bagi orang-orang Kristen abad pertama untuk memuji Yehuwa?
5 Orang-orang Kristen, yang menerima kata-kata ini, mempunyai alasan yang kuat untuk memuji Allah Yehuwa, dan juga untuk membicarakan kebaikanNya. Mereka telah dilahirkan sebagai anak-anak Yang Mahatinggi seolah-olah dengan suatu kelahiran kedua. (Yohanes 1:12, 13; 3:5-8) ’Kelahiran kembali’ ini terjadi melalui bekerjanya roh suci atas mereka. Bukanlah karena jasa istimewa di pihak mereka sehingga mereka ditetapkan menjadi putra-putra Allah. Namun hal ini merupakan kemurahan atau belas kasihan ilahi yang dinyatakan dengan diampuninya dosa-dosa mereka. Dengan menjadi anak-anak Yang Mahakuasa, murid-murid Yesus Kristus ini juga dijadikan ahli waris.
6. Apakah beberapa segi yang membuat harapan Kristen itu suatu ”harapan yang hidup”?
6 Sebagai ahli waris, mereka mengharap untuk menerima warisan. Seperti ditunjukkan oleh Petrus, harapan itu suatu ”harapan yang hidup”. ”Hidup” dalma banyak arti. Seperti berita atau firman Allah, yang ”hidup dan kuat”, harapan ini hidup dan penuh kuasa. (Ibrani 4:12) Terutama, karena harapan ini merupakan pemberian ilahi dari Allah yang hidup dan kekal, dan berpusat pada PutraNya yang ’tidak mati lagi’. Sang Putra memiliki kuasa dari kehidupan yang tak dapat binasa dan sanggup menyelamatkan sepenuhnya orang-orang yang percaya kepadanya. (Yeremia 10:10; Habakuk 1:12; Ibrani 7:16, 25; 1 Petrus 1:23) Yesus Kristus sendiri adalah ”roti kehidupan” yang diutus oleh Allah dan ”jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya”. (Yohanes 6:50, 51, 57) Putra itu memberikan ”air hidup” yang akan menjadi ”mata air . . . yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” dalam diri orang yang menerimanya. (Yohanes 4:10, 14) Demikian pula, ”harapan yang hidup” yang diberikan sebagai hasil dari ’kelahiran kembali’, sanggup membimbing pemiliknya sampai kepada terwujudnya upah mereka dan hidup yang kekal.
7. Bagaimana ”harapan yang hidup” itu mempengaruhi orang-orang yang memilikinya?
7 Ada tenaga hidup dalam harapan itu. Tenaga ini menyegarkan, memberi kekuatan dalam kehidupan orang-orang yang terus memeliharanya dalam hati. Harapan ini mempengaruhi segenap kehidupan mereka dan ini nyata dalam cara mereka menggunakan kehidupan. Sama seperti iman yang benar, harapan semacam itu tidak dapat mati, tanpa menghasilkan buah, tanpa kegiatan, untuk membuktikan bahwa harapan itu ada. (Yakobus 2:14-26) Yang menghidupkan kita adalah harapan yang penuh dengan semangat, dan kita dianjurkan, didukung dan dikuatkan oleh penghiburannya serta kepastian penggenapannya yang tidak dapat goyah.
8. Karena merupakan suatu ”harapan yang hidup”, apa yang dapat dikatakan mengenai penggenapannya?
8 Maka, jauh berbeda dengan harapan orang-orang yang percaya kepada manusia yang tidak sempurna dan berkematian, harapan ini bukan harapan mati, yang akan mengecewakan karena dasarnya tidak kuat. Harapan ini mustahil gagal. Janji Yehuwa yang tak dapat berubah, serta kuasaNya yang tiada bandingannya untuk menggenapinya menjadi dasar yang pasti dari harapan Kristen ini.—Bandingkan dengan Yesaya 55:10, 11; Ibrani 6:13-20.
9. Apa yang memungkinkan adanya ”harapan yang hidup” ini?
9 Rasul Petrus menghubungkan ”harapan yang hidup” ini dengan ”kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati”. Pada waktu Putra Allah dipantek pada tiang dan murid-muridnya melihatnya mati, harapan mereka sebenarnya mati bersamanya. Tetapi ketika bukti kebangkitannya sampai kepada mereka, harapan mereka hidup kembali, ’berkobar’ dan mendorong mereka untuk memberi kesaksian. (Lukas 24:13-34; Kisah 4:20) Karena ia dibangkitkan kepada kehidupan roh, Putra Allah dapat mempersembahkan nilai korbannya, harga tebusan itu, kepada Bapa. Jika Yesus Kristus tidak dibangkitkan, tak seorangpun dapat ditebus dari dosa dan kematian. (1 Korintus 15:14-19) Tanpa kebangkitannya, tidak akan ada ”harapan yang hidup”.
10. Mengapa Petrus dapat mengatakan bahwa warisan itu ’tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak dapat layu’?
10 Warisan mulia yang dinanti-nantikan oleh rasul Petrus dan rekan-rekannya seiman ’tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak dapat layu’. Karena tak dapat binasa, harapan ini tidak dapat dimusnahkan atau dirusak sama sekali. Tidak ada kecemaran atau kenajisan yang dapat melekat padanya, sebab harapan ini tak dapat diperoleh melalui cara-cara licik, penipuan atau cara-cara lain yang tidak sah. Warisan yang menakjubkan itu tidak akan pernah jatuh ke tangan orang-orang yang curang. Lagi pula, tidak seperti bunga-bunga cantik yang segera kehilangan keindahan dan kecemerlangannya, keagungan dan daya tarik warisan ini tidak akan pernah layu selama-lamanya.
11. Mengapa ”warisan” ini tidak mungkin hilang?
11 Sebagaimana Petrus katakan, warisan yang dijanjikan ini ”tersimpan di sorga”. Rekan-rekan ahli waris bersama Kristus pasti akan memperolehnya. Di sorga, warisan ini lebih terlindung dan lebih terpelihara dari pada dalam lemari besi di bank manapun, karena sorga yang tak kelihatan adalah tempat kediaman yang kekal dari Yehuwa, Allah yang abadi. (Mazmur 103:19; 115:3, 16; Matius 5:11, 12) Lebih jauh, rasul Petrus menyatakan bahwa Yang Mahakuasa akan membantu mereka untuk mendapatkan warisan mereka. Yang Mahatinggi, melalui rohNya, akan mencurahkan ”kekuatan”-Nya atas mereka, membantu mereka untuk tetap diperkenan di hadapanNya, serta melindungi kepentingan hidup mereka. Sebagai hasilnya, ”pada zaman akhir” mereka tidak akan ikut mengalami hukuman mati yang dijatuhkan atas orang-orang yang tidak beriman, melainkan akan diselamatkan untuk hidup kekal.
12. Bagaimanakah Allah Yehuwa akan ’memelihara’ kita untuk memperoleh keselamatan?
12 Sama seperti orang-orang Kristen di abad pertama, semua orang yang beriman dewasa ini dapat yakin bahwa Allah Yehuwa akan memelihara mereka guna memperoleh keselamatan. Melalui roh suciNya, mula-mula Ia membantu kita untuk beriman dan dengan roh yang sama Ia akan terus menguatkan iman kita. Berkat iman ini kita dapat mengatasi segala macam ujian dengan berhasil. (1 Yohanes 5:4) Maka tidakkah kita sungguh patut bersyukur atas apa yang Allah Yehuwa terus lakukan guna membantu kita memperoleh hidup kekal? Tentu, dan terutama jika kita menyadari bahwa hal ini bukan karena adanya jasa di pihak kita tetapi karena belas kasihan Yehuwa yang besar.
KEMATIAN TAK DAPAT MENGHALANGI TERWUJUDNYA HARAPAN KITA
13. Apa yang menjamin bahwa harapan Kristen kia mempunyai dasar yang kokoh?
13 Kematian sekalipun tidak dapat menghalangi kita melihat penggenapan harapan Kristen ini. Apa yang dilakukan oleh Bapa surgawi kita berkenaan PutraNya merupakan jaminan yang pasti dan tidak dapat gagal bahwa harapan kita mempunyai dasar yang teguh. Rasul Petrus menulis:
”Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.”—1 Petrus 1:20, 21.
14. Bagaimana Yesus Kristus ”telah dipilih sebelum dunia dijadikan” dan ’dinyatakan pada zaman akhir’?
14 Sebelum Adam dan Hawa membentuk dunia umat manusia dengan menurunkan anak-anak, Allah Yehuwa memutuskan agar Putra tunggalNya menjadi penebus umat manusia dari perbudakan dosa dan kematian. (Bandingkan dengan Kejadian 3:15; 4:1, 2; Lukas 11:49-51.) Dengan kedatangan Mesias, dunia Yahudi termasuk imamatnya, korban-korban dan dinas baitnya memasuki hari-hari terakhir. Kedatangan Mesias memang menandai awal suatu zaman baru dalam sejarah manusia. Karena itu, rasul Petrus menyebut tentang Kristus yang ’dinyatakan pada zaman akhir’.
15. Mengapa Petrus dapat berkata bahwa Yesus Kristus dinyatakan ’karena kamu, yang oleh Dia kamu percaya kepada Allah’?
15 Tetapi mengapa rasul itu mengatakan bahwa Putra Allah dinyatakan ’karena kamu, yang oleh Dia kamu percaya kepada Allah’? Sebelum Yesus datang ke bumi, tidak seorangpun dapat menarik manfaat dari penebusan yang akan dilaksanakannya. Hanya pada abad pertama, orang yang percaya dapat memperoleh manfaatnya. Dengan menaruh iman kepada Kristus, orang-orang yang percaya ini juga menaruh iman kepada Bapa, Dia Yang telah mengutus Sang Putra ke bumi. (Yohanes 17:21) Selanjutnya, seperti yang dinyatakan oleh Petrus, apa yang Allah Yehuwa lakukan bagi PutraNya—membangkitkannya dan mengaruniakan ’kemuliaan’ kepadanya dengan meninggikan dia di sebelah kananNya sendiri—merupakan alasan kuat untuk menaruh iman dan harapan pada Yang Mahakuasa. Mengapa?
16. Kebangkitan Yesus Kristus merupakan jaminan dari apa?
16 Sebagaimana Yang Mahatinggi membangkitkan PutraNya, Ia juga dapat membangkitkan hamba-hambaNya yang lain. Karena Yesus Kristus dibangkitkan kepada kehidupan surgawi yang tak berkematian, murid-muridnya di abad pertama dapat yakin bahwa mereka juga akan ikut bersama dia dalam kemuliaan surgawi. Kebangkitan Putra Allah merupakan jaminan yang tak dapat diubah bahwa manusia yang tidur dalam kematian akan dibangkitkan kepada kehidupan.—1 Korintus 15:12-22.
17. Betapa meyakinkankah kebangkitan Yesus Kristus itu?
17 Itulah sebabnya mengapa fakta tentang kebangkitan Yesus harus benar-benar terbukti, dan memang demikian. Ada lebih dari 500 murid melihat kebangkitan Putra Allah. (1 Korintus 15:6) Para saksi mata ini tahu bahwa musuh-musuh Allah dapat menangkap dan bahkan membunuh mereka jika mereka memberikan kesaksian mengenai mujizat besar ini. Meskipun demikian, murid-murid Yesus Kristus yang setia memberi kesaksian tentang fakta ini dengan penuh keberanian. (Bandingkan dengan Kisah 4:1-3; 7:52-60.) Iman yang disertai keberanian semacam itu hanya mungkin karena mereka mempunyai bukti kuat tentang kebangkitannya.
KRISTUS PASTI DATANG DALAM KEMULIAAN
18. Apa yang rasul Petrus katakan mengenai ”kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus”?
18 Seperti halnya mengenai kebangkitan PutraNya, Allah Yehuwa juga mengusahakan agar bukti yang jelas diberikan mengenai pastinya kedatangan Kristus ”dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”. (Matius 24:30; Wahyu 1:7) Rasul Petrus mengatakan:
”Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: ’Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’ Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.” (2 Petrus 1:16-18)
Kejadian apakah yang Petrus maksudkan di sini?
19. Kapan dan bagaimana Petrus, Yakobus dan Yohanes menjadi saksi mata kebesaran Kristus?
19 Yaitu perubahan rupa (transfigurasi) yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus. Suatu saat setelah Paskah tahun 32 M. Putra Allah berkata kepada murid-muridnya: ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam KerajaanNya.” (Matius 16:28) Beberapa hari kemudian ucapan Yesus itu tergenap. Dengan mengajak beberapa rasulnya, yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes, Putra Allah naik ke suatu gunung yang tinggi, kemungkinan gunung Hermon. Di tengah-tengah gunung itu terjadilah hal berikut ini: ”Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajahNya bercahaya seperti matahari dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang.” Jadi ketiga rasul itu mendapat peneguhan kedatangan Yesus dalam kuasa Kerajaan akan benar-benar mulia. Kemudian terbentuklah suatu ”awan yang terang” dan suatu suara keluar dari padanya, mengatakan: ”Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.”—Matius 17:1-5.
20. Mengapa iman akan kembalinya Yesus dalam kuasa Kerajaan mempunyai dasar yang kuat?
20 Karena itu, iman akan kedatangan Yesus dalam kuasa Kerajaan tidak didasarkan atas cerita-cerita dongeng yang berasal dari manusia. Bukan akal licik atau tipu daya yang digunakan untuk meyakinkan orang-orang lain bahwa Putra Allah akan kembali ”dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”. Petrus, Yakobus dan Yohanes melihat Yesus Kristus dimuliakan di depan mata mereka, dan mereka mendengar suara Allah sendiri keluar dari awan terang itu atau ’kemuliaan yang luar biasa’. Suara itu mengakui Yesus sebagai Putra yang dikasihi. Pengakuan dan kecemerlangan rupa yang diberikan kepadanya pada waktu itu, benar-benar karunia kehormatan dan kemuliaan bagi Yesus. Karena wahyu ilahi yang mulia dari Yehuwa ini, dengan tepat Petrus menyebut gunung tempat terjadinya perubahan rupa itu sebagai ”gunung yang kudus”.
21. Betapa pentingkah penglihatan transfigurasi itu bagi kita?
21 Betapa pentingkah perubahan rupa ini bagi orang-orang yang percaya? Petrus menjawab: ”Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya [baik sekali, NW] kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.” (2 Petrus 1:19) Ya, penglihatan mengenai perubahan rupa ini meneguhkan firman nubuat berkenaan kedatangan Yesus Kristus dalam kuasa Kerajaan. Penglihatan tersebut memberikan gambaran kecil-kecilan tentang kemuliaannya kelak sebagai raja. Tentu, tanpa adanya kuasa atau wewenang, tidak akan ada kemuliaan, kebesaran atau wibawa sebagai raja. Karena itu, perubahan rupa itu juga dimaksudkan untuk mengukuhkan kepastian bahwa Yesus akan datang dalam kuasa.
22, 23. (a) Bagaimana kita menunjukkan sikap ’bijaksana’ dengan memperhatikan firman nubuat? (b) Bagaimanakah firman itu seperti pelita?
22 Kita berlaku ’bijaksana’ dewasa ini dengan memperhatikan firman nubuat itu, karena tidak ada sesuatu yang lebih penting demi kesejahteraan hidup kita, yang dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar atau kekal. Mungkin orang berminat sekali membaca berita dunia, mempelajari ramalan-ramalan para ahli politik, ekonomi dan ilmiah dan, pada akhirnya, ternyata tidak ada kesimpulan sama sekali. Tetapi terang yang bersinar dari firman nubuat tidak akan pernah membawa kita ke suatu jalan buntu atau meninggalkan kita di suatu persimpangan jalan yang membingungkan dengan tanda-tanda serta petunjuk-petunjuk yang saling bertentangan. Jadi firman nubuat ini layak mendapat tempat yang penting dalam pelajaran dan renungan kita. Alangkah bijaksananya menggunakan setiap kesempatan untuk berhimpun bersama rekan-rekan seiman kita pada waktu ”firman” itu dibicarakan. Tetapi ”memperhatikannya” bukan hanya sekedar membaca dengan saksama atau mendengarkan baik-baik. Kita perlu bertindak sesuai dengan firman nubuat itu, membiarkannya mempengaruhi tingkah laku kita, cara kita menggunakan waktu, tenaga dan milik kita. (Bandingkan dengan Yakobus 1:22-27.) Ya, tindakan kita tepat dengan mengakui bahwa firman nubuat itu sungguh-sungguh praktis dalam kehidupan kita sehari-hari dan tidak memandangnya hanya perlu diperhatikan sewaktu kita melakukan ibadat secara resmi.
23 Selaras dengan anjuran Petrus, kita patut membiarkan firman nubuat itu sebagai pelita di tempat gelap, yang menerangi hati kita. Jika kita ”memperhatikannya” dengan membiarkan firman tersebut membimbing kita dalam setia segi kehidupan, maka kita akan dibimbing dengan aman sampai hari besar itu, manakala ”bintang timur”, Tuhan Yesus Kristus menyatakan dirinya dalam segenap kemuliaannya yang luar biasa. (Bandingkan dengan Wahyu 22:16.) Pernyataan Putra Allah akan berarti kebinasaan bagi orang-orang yang tidak beriman dan berkat-berkat yang mulia bagi murid-murid yang berbakti. (2 Tesalonika 1:6-10) Tentu harapan yang terjalin dengan penggenapan firman nubuat itu hendaknya menganjurkan kita untuk berusaha sekuat tenaga agar kita diperkenan di hadapan Pemimpin kita pada waktu ia dinyatakan.—Lukas 21:34-36.
24. Mengapa kita dapat yakin akan segenap firman nubuat yang terdapat dalam Alkitab?
24 Sebenarnya, segenap firman nubuat yang terdapat dalam Alkitab perlu dipertimbangkan dengan akal sehat dan dibiarkan membimbing kehidupan kita. Sifat firman nubuat itu sendiri, cara penulisannya, mestinya meyakinkan kita akan masa depan. Nabi-nabi Yehuwa tidak menilai perkembangan-perkembangan tertentu dalam hal ihwal kehidupan manusia dan kemudian membuat ramalan berdasarkan tafsiran pribadi mereka atas perkembangan ini. Nubuat-nubuat bukanlah kesimpulan yang dicapai oleh para nabi itu sendiri setelah membuat suatu analisa yang saksama dari keadaan di masa itu. Tidak, pikiran para nabi digerakkan oleh roh suci untuk menyatakan berita Allah. Rasul Petrus melanjutkan: ”Tetapi yang terutama sekali hendaklah kamu ingat perkara ini, yaitu tiada suatu nubuat di dalam Alkitab itu datang daripada akal orang sendiri, karena tiada pernah ada nubuat yang jadi dengan kehendak manusia, melainkan datangnya daripada Allah, diucapkan oleh orang yang digerakkan oleh Rohulkudus.” (2 Petrus 1:20, 21, Bode) Karena nubuat yang benar tidak berasal dari manusia yang cenderung membuat kesalahan, melainkan dari Pencipta kita yang maha-bijaksana, kita tahu bahwa semua nubuat yang dinyatakan dalam Firman Allah akan digenapi.
25. Apa yang dapat kita katakan mengenai kepastian harapan Kristen kita?
25 Harapan Kristen memang didasarkan atas bukti yang kuat. Kesaksian yang diberikan oleh para saksi mata yang dapat dipercaya meneguhkan bahwa manusia yang tidur dalam kematian akan dibangkitkan kepada kehidupan dan bahwa Yesus Kristus akan menyatakan kemuliaan dan kuasanya. Besarlah hari itu, manakala Pemimpin kita mengambil tindakan atas semua orang yang tidak mau melayani Pencipta dan membebaskan para pengikutnya yang setia dari segala penderitaan, mendatangkan susunan baru yang adil benar, bebas dari penyakit, kepedihan dan kematian.—Wahyu 21:4, 5.
[Pertanyaan Pelajaran]