Langsung ke konten

Langsung ke daftar isi

Lihatlah Perbedaan Antara Umat Yehuwa dan Orang-Orang Lainnya

Lihatlah Perbedaan Antara Umat Yehuwa dan Orang-Orang Lainnya

”Kalian akan melihat . . . perbedaan antara orang yang benar dan yang jahat.”—MAL. 3:18.

NYANYIAN: 127, 101

1, 2. Tantangan apa yang harus dihadapi umat Allah di zaman sekarang? (Lihat gambar di awal artikel.)

SETIAP hari, banyak dokter dan perawat dikelilingi oleh orang-orang yang menderita penyakit menular. Mereka merawat para pasien itu karena ingin membantu, tapi mereka perlu berhati-hati agar tidak tertular penyakit. Sebagai hamba Yehuwa, situasi kita mirip dengan itu. Banyak dari kita tinggal dan bekerja bersama orang-orang yang sifatnya buruk. Sifat mereka berbeda sekali dengan sifat Allah. Ini adalah tantangan bagi kita.

2 Sekarang ini, banyak orang tidak mengasihi Allah. Mereka tidak memedulikan pandangan Allah tentang apa yang benar dan salah. Rasul Paulus menyebutkan sifat-sifat buruk mereka dalam suratnya kepada Timotius. Paulus berkata bahwa sifat-sifat itu akan semakin terlihat menjelang akhir dunia ini. (Baca 2 Timotius 3:1-5, 13.) Meski kita tahu bahwa sifat-sifat itu sangat buruk, kita masih bisa terpengaruh oleh cara berpikir, kata-kata, atau tindakan orang-orang di sekitar kita. (Ams. 13:20) Di artikel ini, kita akan melihat perbedaan antara sifat-sifat buruk itu dengan sifat-sifat umat Allah. Kita juga akan membahas caranya agar kita tidak terpengaruh sifat buruk orang lain seraya kita membantu mereka mengenal Yehuwa.

3. Orang-orang seperti apa yang digambarkan di 2 Timotius 3:2-5?

3 Setelah Paulus menulis bahwa ”keadaan pada hari-hari terakhir akan sulit dihadapi”, dia menyebutkan 19 sifat buruk yang akan dimiliki orang-orang pada zaman itu. Sifat-sifat ini mirip dengan yang dia sebutkan di Roma 1:29-31. Tapi dalam suratnya kepada Timotius ini, dia menggunakan istilah-istilah yang tidak ada di ayat lain mana pun. Namun, tidak semua orang akan punya sifat-sifat buruk seperti itu. Orang Kristen punya sifat yang sangat berbeda dengan mereka.—Baca Maleakhi 3:18.

CARA KITA MEMANDANG DIRI SENDIRI

4. Seperti apa orang yang sombong itu?

4 Paulus berkata bahwa banyak orang akan mencintai diri sendiri dan uang, lalu dia menambahkan bahwa orang-orang akan membanggakan diri, merasa diri hebat, dan sombong. Mereka merasa diri lebih baik daripada yang lain karena penampilan, kesanggupan, harta, atau kedudukan mereka. Orang seperti itu sangat ingin dikagumi. Seorang pakar berkomentar bahwa orang yang sombong itu seperti menyembah dirinya sendiri. Ada juga yang berkata bahwa kesombongan adalah sifat yang begitu buruk, sampai-sampai orang yang sombong pun tidak suka melihat kesombongan orang lain.

5. Hamba-hamba Yehuwa pun bisa menjadi sombong. Berikan contoh.

5 Yehuwa membenci kesombongan. Alkitab berkata bahwa dia muak dengan ”mata yang sombong”. (Ams. 6:16, 17) Orang yang sombong tidak bisa dekat dengan Allah. (Mz. 10:4) Kesombongan adalah sifat Iblis. (1 Tim. 3:6) Sayangnya, beberapa hamba Yehuwa pernah menjadi sombong. Contohnya adalah Raja Uzzia dari Yehuda. Meski dia setia selama bertahun-tahun, Alkitab berkata, ”Begitu dia menjadi kuat, hatinya menjadi sombong sampai membuat dirinya sendiri hancur. Dia tidak setia kepada Yehuwa Allahnya.” Uzzia dengan lancang masuk ke bait Yehuwa dan membakar dupa. Belakangan, Raja Hizkia juga pernah menjadi sombong selama beberapa waktu.—2 Taw. 26:16; 32:25, 26.

6. Apa saja yang bisa membuat Daud sombong? Tapi mengapa dia tetap rendah hati?

6 Daud adalah orang yang tampan, kuat, terkenal, punya bakat musik, dan dikagumi orang lain. Orang seperti itu biasanya sombong, tapi Daud selalu rendah hati. Setelah dia mengalahkan Goliat, Raja Saul berkata bahwa Daud boleh menikahi putrinya. Tapi Daud berkata, ”Siapakah saya, dan siapakah kerabat saya, atau keluarga ayah saya di Israel, sehingga saya bisa menjadi menantu raja?” (1 Sam. 18:18) Apa yang membuat Daud tetap rendah hati? Dia tahu bahwa dia bisa memiliki kesanggupan seperti itu karena Allah dengan rendah hati mau memperhatikan dia. (Mz. 113:5-8) Daud sadar bahwa semua hal baik yang dia miliki berasal dari Yehuwa.—Bandingkan 1 Korintus 4:7.

7. Apa yang membuat kita ingin bersikap rendah hati?

7 Seperti Daud, umat Yehuwa sekarang berusaha untuk rendah hati. Kita tersentuh karena meskipun Yehuwa mahatinggi, Dia rendah hati. (Mz. 18:35) Kita ingin mengikuti nasihat ini: ”Kenakanlah kasih sayang, keibaan hati, kebaikan hati, kerendahan hati, kelembutan, dan kesabaran.” (Kol. 3:12) Kita tahu bahwa orang yang pengasih itu ”tidak membanggakan diri [dan] tidak menjadi sombong”. (1 Kor. 13:4) Sama seperti seorang suami mungkin tertarik untuk mengenal Yehuwa karena tingkah laku istri Kristen yang baik, orang-orang bisa tertarik pada kebenaran karena kerendahan hati umat Yehuwa.—1 Ptr. 3:1.

CARA KITA MEMPERLAKUKAN ORANG LAIN

8. (a) Apa pandangan yang umum tentang menaati orang tua? (b) Apa yang Alkitab perintahkan kepada anak-anak?

8 Paulus juga menunjukkan bagaimana orang akan memperlakukan satu sama lain di hari-hari terakhir. Dia menulis bahwa anak-anak akan menjadi tidak taat kepada orang tua. Di zaman sekarang, ada banyak buku, film, dan acara televisi yang membuat sikap seperti itu terlihat wajar dan berterima. Padahal, sikap itu akan merusak keluarga, dan masyarakat pun akhirnya rusak. Sebenarnya, sejak dulu manusia sudah memahami hal ini. Misalnya, di Yunani kuno, orang yang memukul orang tuanya bisa kehilangan semua haknya sebagai warga negara. Menurut hukum Romawi, orang yang memukul ayahnya bisa mendapat hukuman yang sama dengan seorang pembunuh. Kitab-Kitab Ibrani maupun Yunani Kristen memerintahkan anak-anak untuk menghormati orang tua.—Kel. 20:12; Ef. 6:1-3.

9. Apa yang akan membuat anak-anak lebih mudah menaati orang tua?

9 Apa yang bisa membuat anak-anak menaati orang tua meskipun anak-anak lain tidak? Mereka perlu memikirkan apa yang telah orang tua lakukan bagi mereka. Dengan begitu, mereka akan berterima kasih dan mau menaati orang tua. Anak-anak juga perlu sadar bahwa Yehuwa, Bapak kita semua, ingin agar mereka menaati orang tua. Kalau anak-anak membicarakan hal-hal baik tentang orang tua, teman-teman mereka juga akan tergerak untuk menaati orang tua mereka sendiri. Tentu saja, jika orang tua tidak punya kasih sayang terhadap anak mereka, anak itu akan sulit menaati mereka. Namun jika anak itu merasa disayang, dia akan menaati orang tuanya walaupun sulit. Seorang saudara muda bernama Austin berkata, ”Kadang, saya tergoda untuk berbuat salah. Tapi, orang tua saya memberikan nasihat yang masuk akal dan menjelaskan mengapa aturan tertentu dibuat. Mereka juga mudah diajak bicara. Jadi, saya bisa menaati mereka. Saya tahu bahwa mereka sayang kepada saya, jadi saya mau membuat mereka senang.”

10, 11. (a) Sifat apa saja yang menunjukkan bahwa seseorang tidak mengasihi sesamanya? (b) Sejauh mana orang Kristen sejati mengasihi orang lain?

10 Paulus juga menyebutkan sifat-sifat lain yang menunjukkan bahwa orang-orang tidak mengasihi satu sama lain. Setelah menyebut tentang ketidaktaatan kepada orang tua, dia menyebutkan sikap tidak berterima kasih. Ini cocok karena orang yang tidak berterima kasih tidak menghargai kebaikan orang lain, termasuk orang tua mereka sendiri. Selanjutnya, Paulus berkata bahwa orang-orang akan menjadi tidak setia. Mereka juga tidak mau berdamai, atau bersepakat. Mereka berkhianat serta menghina orang-orang dan bahkan Allah. Selain itu, mereka akan memfitnah, atau merusak nama baik orang lain. *

11 Yesus berkata bahwa dalam Hukum Musa, perintah untuk mengasihi sesama adalah perintah kedua yang terpenting setelah perintah untuk mengasihi Allah. (Mat. 22:38, 39) Yesus juga berkata bahwa orang Kristen sejati akan dikenali dari kasih mereka terhadap satu sama lain. (Baca Yohanes 13:34, 35.) Ya, sejak dulu umat Yehuwa terbukti sangat berbeda dengan kebanyakan orang di dunia ini, karena mereka mengasihi orang lain dengan tulus. Orang Kristen sejati bahkan mengasihi musuh mereka.—Mat. 5:43, 44.

12. Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa dia mengasihi orang lain?

12 Yesus sendiri menunjukkan bahwa dia mengasihi orang lain. Dia pergi dari satu kota ke kota lain untuk menyampaikan kabar baik tentang Kerajaan Allah. Dia menyembuhkan orang buta, orang lumpuh, orang tuli, dan penderita kusta. Dia juga membangkitkan orang mati. (Luk. 7:22) Yesus bahkan rela mengorbankan nyawanya demi manusia walaupun banyak orang membenci dia. Yesus meniru kasih Bapaknya dengan sempurna. Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia juga meniru Yesus dan mengasihi orang lain.

13. Berikan contoh yang menunjukkan bahwa kasih kita kepada sesama bisa membuat orang ingin mengenal Yehuwa.

13 Jika orang-orang melihat bahwa kita mengasihi mereka, mereka bisa tergerak untuk mengenal Bapak kita, Yehuwa. Inilah yang dialami seorang pria di Thailand ketika menghadiri kebaktian regional. Dia tersentuh melihat saudara-saudari saling mengasihi. Setelah pulang, dia meminta untuk belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa dua kali seminggu. Dia lalu mengabar kepada seluruh keluarganya. Enam bulan kemudian, pria ini menyampaikan pembacaan Alkitab pertamanya di Balai Kerajaan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita mengasihi orang lain? Pikirkan: ’Apakah saya berusaha sebisa-bisanya untuk membantu keluarga saya, saudara-saudari, dan orang-orang yang saya kabari? Apakah saya memandang orang lain seperti Yehuwa memandang mereka?’

SERIGALA DAN DOMBA

14, 15. (a) Sifat buruk apa saja yang dimiliki banyak orang? (b) Bagaimana banyak orang telah mengubah sifat mereka?

14 Di hari-hari terakhir, ada lagi sifat-sifat buruk yang harus kita hindari. Banyak orang tidak menyukai kebaikan, bahkan membencinya. Mereka tidak punya pengendalian diri, garang, dan keras kepala. Mereka bertindak tanpa berpikir dan tidak peduli apa pengaruh tindakan mereka terhadap orang lain.

15 Namun, banyak orang yang dulunya garang seperti binatang buas telah berubah. Perubahan ini sudah dinubuatkan di Yesaya 11:6, 7. (Baca.) Ayat itu berbicara tentang binatang buas, seperti serigala dan singa, yang akan tinggal damai dengan binatang-binatang lainnya, seperti domba dan kambing. Nah, dari mana kita tahu bahwa ayat itu juga berbicara tentang manusia? Ayat selanjutnya menjelaskan bahwa mereka bisa berdamai ”karena bumi pasti akan dipenuhi pengetahuan tentang Yehuwa”. (Yes. 11:9) Binatang tidak bisa belajar tentang Yehuwa, jadi nubuat itu pasti juga menggambarkan orang-orang yang mengubah kepribadian mereka.

Alkitab bisa mengubah kehidupan! (Lihat paragraf 16)

16. Bagaimana Alkitab membantu orang mengubah kepribadian mereka?

16 Banyak saudara-saudari kita yang tadinya garang telah berubah menjadi suka damai. Pengalaman mereka dimuat dalam seri ”Alkitab Mengubah Kehidupan” di jw.org. Mereka berbeda dengan orang-orang yang tidak mengenal Yehuwa, yang berpura-pura mengabdi kepada Allah padahal menolak bimbingan kuasa-Nya. Cara hidup orang-orang seperti ini menunjukkan bahwa mereka tidak menyembah Allah. Sebaliknya, banyak hamba Yehuwa berubah dengan ”mengenakan kepribadian baru, yang dibuat menurut kehendak Allah, yang sesuai dengan kebenaran dan kesetiaan yang sejati”. (Ef. 4:23, 24) Saat belajar tentang Allah, mereka sadar bahwa mereka harus mengikuti standar-Nya. Maka, mereka mengubah keyakinan, cara berpikir, dan kebiasaan mereka. Ini memang tidak mudah, tapi kuasa kudus Allah bisa membantu orang yang ingin menyenangkan Allah.

”JAUHILAH ORANG-ORANG SEPERTI ITU”

17. Bagaimana caranya agar kita tidak terpengaruh oleh sifat buruk orang lain?

17 Semakin lama, perbedaan antara umat Allah dan orang-orang yang tidak melayani Allah menjadi semakin jelas. Kalau tidak berhati-hati, kita bisa terpengaruh oleh sifat buruk orang lain. Maka, ikutilah nasihat Yehuwa dengan menjauhi orang-orang yang sifatnya disebutkan di 2 Timotius 3:2-5. Memang, kita tidak bisa benar-benar menghindari mereka karena kita mungkin bertemu mereka di tempat kerja, di sekolah, atau di lingkungan kita. Tapi yang terpenting, kita harus melindungi diri agar tidak terpengaruh oleh cara berpikir dan tingkah laku mereka. Caranya, perkuatlah persahabatan kita dengan Yehuwa. Teruslah pelajari Alkitab, dan bersahabatlah dengan orang-orang yang mengasihi Yehuwa.

18. Bagaimana kata-kata dan tingkah laku kita bisa membuat orang ingin mengenal Yehuwa?

18 Kita ingin membantu orang lain mengenal Yehuwa. Carilah kesempatan untuk mengabar, dan mintalah bantuan Yehuwa untuk menyampaikan kata-kata yang tepat pada waktu yang tepat. Beri tahu orang-orang bahwa kita adalah Saksi Yehuwa. Dengan begitu, orang yang melihat tingkah laku kita akan memuliakan Allah, bukan diri kita. Yehuwa sudah mengajar kita ”untuk menolak apa yang buruk di mata Allah, menolak keinginan duniawi, hidup dengan pertimbangan yang baik, dengan kebenaran, dan dengan pengabdian kepada Allah di tengah dunia sekarang ini”. (Tit. 2:11-14) Jika kita meniru Yehuwa dan melakukan kehendak-Nya, orang yang melihatnya mungkin akan berkata, ”Kami mau ikut bersama kalian, karena kami dengar Allah menyertai kalian.”—Za. 8:23.

^ par. 10 Kata Yunani untuk orang yang memfitnah atau menuduh adalah diabolos. Di Alkitab, kata ini digunakan sebagai gelar untuk Setan, yang dengan keji memfitnah Allah.