Langsung ke konten

Langsung ke daftar isi

Dapatkah Saudara Mendekat kepada Allah yang Tidak Kelihatan?

Dapatkah Saudara Mendekat kepada Allah yang Tidak Kelihatan?

Dapatkah Saudara Mendekat kepada Allah yang Tidak Kelihatan?

’Bagaimana saya dapat mengembangkan hubungan yang akrab dengan seseorang yang tidak dapat saya lihat?’ saudara mungkin bertanya. Tampaknya, pertanyaan itu cukup beralasan. Namun, pikirkan:

APAKAH hubungan yang pengasih dan langgeng sangat bergantung pada penglihatan? Bukankah faktor-faktor yang tidak kelihatan sama, atau justru lebih, penting? Memang demikian! Itulah sebabnya beberapa orang telah mengembangkan hubungan yang akrab dengan orang lain melalui korespondensi rutin​—surat-surat mereka dengan jujur mengungkapkan apa yang mereka sukai maupun tidak, tujuan, prinsip, selera humor, serta sifat-sifat atau minat lain.

Para tunanetra pun menunjukkan bahwa penglihatan tidak mutlak perlu untuk mengembangkan hubungan yang akrab dengan orang lain. Perhatikan contoh Edo dan Rika, sepasang suami-istri tunanetra. * Edo bertemu Rika, sesama siswa dewasa, di sebuah sekolah tunanetra. Ia mengagumi sifat-sifat Rika, khususnya kejujurannya dalam bertutur kata dan bertingkah laku, serta sikapnya yang bagus terhadap pekerjaan. Di pihak lain, Rika tertarik pada Edo karena, menurutnya, ”Edo memperlihatkan semua sifat yang saya anggap penting sejak saya kecil”. Mereka pun berpacaran, dan tiga tahun kemudian mereka menikah.

”Ketika Anda sedang berdua,” kata Edo, ”kebutaan tidak banyak berpengaruh dalam membina hubungan dengan orang lain. Anda mungkin tidak dapat saling melihat, tetapi perasaan tidaklah buta.” Sekarang, 57 tahun kemudian, mereka masih sangat saling mencintai. Mereka menjelaskan bahwa rahasia hubungan mereka yang luar biasa mencakup setidaknya empat hal: (1) memperhatikan sifat orang tersebut, (2) memikirkan dan tertarik kepada sifat-sifat itu, (3) mempertahankan komunikasi yang baik, dan (4) melakukan kegiatan bersama-sama.

Keempat hal ini vital untuk mengembangkan hubungan baik mana pun, entah antara teman, pasangan hidup atau, yang lebih penting, antara manusia dan Allah. Di artikel selanjutnya, kita akan melihat bagaimana penerapan hal-hal ini dapat membantu kita membina hubungan yang akrab dengan Allah, sekalipun kita tidak dapat melihat-Nya. *

[Catatan Kaki]

^ par. 4 Bukan nama-nama sebenarnya.

^ par. 6 Tidak seperti hubungan antarmanusia, hubungan dengan Allah didasarkan atas iman akan keberadaan-Nya. (Ibrani 11:6) Untuk pembahasan yang saksama tentang membina iman yang kuat kepada Allah, silakan membaca Apakah Ada Pencipta yang Mempedulikan Anda?, diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.