Tirulah Guru yang Agung
Tirulah Guru yang Agung
”Karena itu pergilah dan buatlah orang-orang dari segala bangsa menjadi murid . . . , ajarlah mereka untuk menjalankan semua perkara yang aku perintahkan kepadamu.” —MATIUS 28:19, 20.
1, 2. (a) Bagaimana kita semua, hingga taraf tertentu, adalah pengajar? (b) Dalam hal mengajar, tanggung jawab unik apa yang dimiliki orang Kristen sejati?
APAKAH Saudara seorang pengajar? Hingga taraf tertentu, kita semua adalah pengajar. Setiap kali Saudara memberikan petunjuk kepada pelancong yang tersesat, memperlihatkan kepada seorang rekan kerja cara melakukan tugas tertentu, atau menjelaskan kepada seorang anak cara mengikat tali sepatu, Saudara sedang mengajar. Bukankah membantu orang lain dengan cara-cara seperti itu mendatangkan kepuasan tertentu?
2 Dalam hal mengajar, orang Kristen sejati memiliki tanggung jawab yang unik. Kita diberi amanat untuk ’membuat orang-orang menjadi murid, mengajar mereka’. (Matius 28:19, 20) Di dalam sidang pun, ada kesempatan bagi kita untuk mengajar. Pria-pria yang cakap dilantik untuk melayani sebagai ”gembala dan guru”, dengan tujuan membina sidang. (Efesus 4:11-13) Dalam kegiatan Kristen sehari-hari, wanita-wanita yang matang hendaknya menjadi ”guru dari apa yang baik” bagi wanita-wanita yang lebih muda. (Titus 2:3-5) Kita semua didesak untuk memberikan dukungan moril kepada rekan-rekan seiman, dan kita dapat mengindahkan nasihat itu dengan menggunakan Alkitab untuk membina orang lain. (1 Tesalonika 5:11) Sungguh suatu hak istimewa untuk menjadi pengajar Firman Allah dan untuk membagikan nilai-nilai rohani yang dapat memberikan manfaat yang bertahan lama!
3. Bagaimana kita dapat meningkatkan keefektifan kita sebagai pengajar?
3 Namun, bagaimana kita dapat meningkatkan keefektifan kita sebagai pengajar? Yang terutama adalah dengan meniru Guru yang Agung, Yesus. ’Tetapi, bagaimana saya dapat meniru Yesus?’ beberapa orang mungkin bertanya-tanya. ’Dia kan sempurna.’ Memang, kita tidak dapat menjadi pengajar yang sempurna. Namun, tidak soal bagaimana kesanggupan kita, kita dapat melakukan yang terbaik untuk meniru cara Yesus mengajar. Mari kita bahas bagaimana kita dapat menggunakan empat metode pengajarannya—kesederhanaan, pertanyaan yang efektif, penalaran yang logis, dan perumpamaan yang cocok.
Membuatnya Tetap Sederhana
4, 5. (a) Mengapa kesederhanaan adalah ciri utama kebenaran Alkitab? (b) Agar dapat mengajar secara sederhana, mengapa penting untuk memperhatikan pilihan kata kita?
4 Kebenaran-kebenaran dasar Firman Allah tidaklah rumit. Dalam doanya, Yesus berkata, ”Aku memuji engkau di muka umum, Bapak, . . . karena engkau telah menyembunyikan hal-hal ini dari orang-orang yang berhikmat dan tinggi kecerdasannya dan menyingkapkannya kepada kanak-kanak.” (Matius 11:25) Yehuwa telah membuat maksud-tujuan-Nya tersingkap bagi orang-orang yang tulus dan rendah hati. (1 Korintus 1:26-28) Jadi, kesederhanaan adalah ciri utama kebenaran Alkitab.
5 Sewaktu Saudara memimpin pengajaran Alkitab di rumah atau mengadakan kunjungan kembali kepada para peminat, bagaimana Saudara dapat mengajar secara sederhana? Nah, apa yang kita pelajari dari Guru yang Agung? Agar dimengerti para pendengarnya, yang kebanyakan adalah ”orang biasa yang tidak terpelajar”, Yesus menggunakan bahasa yang sederhana yang dapat mereka pahami. (Kisah 4:13) Jadi, hal pertama yang dibutuhkan untuk mengajar secara sederhana adalah dengan memperhatikan pilihan kata kita. Kita tidak perlu menggunakan kata atau frasa yang kedengarannya hebat untuk membuat kebenaran Firman Allah lebih meyakinkan bagi orang lain. ’Perkataan yang berlebih-lebihan’ demikian dapat membuat ciut perasaan, khususnya bagi mereka yang terbatas pendidikan ataupun daya tangkapnya. (1 Korintus 2:1, 2) Teladan Yesus memperlihatkan bahwa kata-kata sederhana yang dipilih secara cermat dapat menyampaikan kebenaran dengan sangat ampuh.
6. Apa yang dapat kita lakukan agar tidak menjejali seorang pelajar Alkitab dengan terlalu banyak keterangan?
6 Agar dapat mengajar secara sederhana, kita pun harus berhati-hati agar tidak menjejali seorang pelajar Alkitab dengan terlalu banyak keterangan. Yesus bertimbang rasa terhadap keterbatasan murid-muridnya. (Yohanes 16:12) Kita pun harus bertimbang rasa terhadap keterbatasan pelajar kita. Misalnya, sewaktu memimpin pelajaran dengan menggunakan buku Pengetahuan yang Membimbing kepada Kehidupan Abadi, kita tidak perlu menjelaskan setiap perincian. * Kita juga tidak perlu terburu-buru membahas keterangan dalam buku itu, seolah-olah menyelesaikan sejumlah bahan tertentu adalah hal yang paling penting. Sebaliknya, adalah bijaksana untuk menyesuaikan laju pelajaran dengan kebutuhan dan daya tangkap sang pelajar. Tujuan kita adalah membantu sang pelajar menjadi murid Kristus dan penyembah Yehuwa. Kita hendaknya menggunakan waktu yang diperlukan, tidak soal berapa lama, untuk membantu pelajar yang berminat itu memahami dengan jelas apa yang ia pelajari. Dengan demikian, kebenaran dapat menyentuh hatinya dan menggerakkan dia untuk bertindak.—Roma 12:2.
7. Saran apa saja dapat membantu kita mengajar secara sederhana sewaktu menyampaikan khotbah di sidang?
7 Apabila kita menyampaikan khotbah di sidang, khususnya jika ada orang-orang baru di antara hadirin, bagaimana kita dapat mengucapkan perkataan yang ”mudah dimengerti”? (1 Korintus 14:9) Perhatikan tiga saran yang dapat membantu. Pertama, jelaskan istilah yang tidak umum yang Saudara harus gunakan. Pemahaman akan Firman Allah membuat kita memiliki perbendaharaan kata yang unik. Jika kita menggunakan istilah seperti ”budak yang setia dan bijaksana”, ”domba-domba lain”, dan ”Babilon Besar”, kita mungkin perlu menjelaskannya dengan kata-kata sederhana sehingga maknanya jelas. Kedua, hindari perkataan yang bertele-tele. Terlalu banyak kata, penjelasan yang terlalu panjang lebar, dapat membuat hadirin kehilangan minat. Dengan memangkas kata-kata dan frasa-frasa yang tidak perlu, keterangan kita menjadi jelas. Ketiga, jangan berupaya membahas terlalu banyak bahan. Riset yang kita lakukan mungkin menghasilkan banyak perincian yang menarik. Tetapi, yang terbaik adalah menyusun bahan menjadi beberapa pokok utama saja, menggunakan hanya keterangan yang mendukung pokok-pokok itu dan yang dapat diperkembangkan dengan jelas dalam waktu yang tersedia.
Penggunaan Pertanyaan secara Efektif
8, 9. Bagaimana kita dapat memilih pertanyaan yang disesuaikan dengan minat penghuni rumah? Berikan contoh.
8 Ingatlah bahwa Yesus sangat mahir menggunakan pertanyaan untuk membuat murid-muridnya mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran mereka serta untuk merangsang dan melatih cara berpikir mereka. Dengan mengajukan pertanyaan, Yesus secara halus mencapai dan menyentuh hati mereka. (Matius 16:13, 15; Yohanes 11:26) Bagaimana kita, seperti Yesus, dapat menggunakan pertanyaan secara efektif?
9 Sewaktu mengabar dari rumah ke rumah, kita dapat menggunakan pertanyaan untuk membangkitkan minat, membuka jalan sehingga kita dapat berbicara tentang Kerajaan Allah. Bagaimana kita dapat memilih pertanyaan yang disesuaikan dengan minat penghuni rumah? Gunakan daya pengamatan. Sewaktu mendekati sebuah rumah, lihatlah keadaan di sekelilingnya. Apakah ada mainan di pekarangan, yang menunjukkan bahwa ada anak-anak Mazmur 37:10, 11) Apakah di pintu depan ada banyak kunci, atau apakah ada sistem pengaman? Kita dapat bertanya, ’Apakah Anda merasa bahwa suatu saat kelak Anda dan saya dapat merasa aman di rumah maupun di jalan?’ (Mikha 4:3, 4) Apakah ada petunjuk bahwa di rumah itu ada orang sakit? Kita dapat bertanya, ’Mungkinkah akan tiba saatnya manakala setiap orang menikmati kesehatan yang baik?’ (Yesaya 33:24) Banyak saran dapat ditemukan dalam buku Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab. *
di rumah itu? Jika demikian, Saudara dapat bertanya, ’Pernahkah Anda bertanya-tanya seperti apa dunia ini kelak pada saat anak-anak Anda dewasa?’ (10. Bagaimana kita dapat menggunakan pertanyaan untuk ’menimba’ pikiran dan perasaan hati seorang pelajar Alkitab, tetapi apa yang hendaknya selalu kita ingat?
10 Bagaimana kita dapat menggunakan pertanyaan dengan efektif sewaktu memimpin pengajaran Alkitab? Tidak seperti Yesus, kita tidak dapat membaca hati. Namun, pertanyaan yang bijaksana tetapi penuh pertimbangan dapat membantu kita ’menimba’ pikiran dan perasaan hati sang pelajar. (Amsal 20:5) Sebagai contoh, seandainya kita sedang mempelajari pasal ”Mengapa Menempuh Kehidupan yang Saleh Mendatangkan Kebahagiaan”, yang terdapat dalam buku Pengetahuan. Pasal itu membahas pandangan Allah terhadap ketidakjujuran, percabulan, dan hal-hal lain. Sang pelajar mungkin menjawab pertanyaan tercetak dengan tepat, tetapi apakah ia menyetujui apa yang ia pelajari? Kita dapat bertanya, ’Apakah pandangan Yehuwa terhadap hal-hal tersebut masuk akal bagi Anda?’ ’Bagaimana Anda dapat menerapkan prinsip-prinsip Alkitab ini dalam kehidupan?’ Namun, ingatlah selalu bahwa kita perlu bersikap respek, memperlakukan pelajar itu dengan bermartabat. Kita hendaknya tidak mengajukan pertanyaan yang mempermalukan atau merendahkan pelajar Alkitab itu.—Amsal 12:18.
11. Dengan cara apa saja para pengkhotbah umum dapat menggunakan pertanyaan dengan efektif?
11 Para pengkhotbah umum juga dapat menggunakan pertanyaan dengan efektif. Pertanyaan retorik—pertanyaan yang tidak kita harapkan akan dijawab langsung oleh pendengar—dapat membantu hadirin untuk berpikir dan bernalar. Yesus kadang-kadang menggunakan pertanyaan seperti itu. (Matius 11:7-9) Selain itu, setelah menyampaikan kata pembukaan, seorang pengkhotbah dapat menggunakan pertanyaan untuk menguraikan secara singkat pokok-pokok utama yang akan dibahas. Ia dapat mengatakan, ”Dalam pembahasan hari ini, kita akan mengulas jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut . . . ” Lalu, dalam kata penutup, ia dapat merujuk kepada pertanyaan-pertanyaan itu guna meninjau kembali pokok-pokok utama.
12. Berikan contoh bagaimana para penatua Kristen dapat menggunakan pertanyaan untuk membantu rekan seiman memperoleh penghiburan dari Firman Allah.
12 Sewaktu mengadakan penggembalaan, para penatua Kristen dapat menggunakan pertanyaan untuk membantu ’jiwa yang tertekan’ agar memperoleh penghiburan dari Firman Yehuwa. (1 Tesalonika 5:14) Misalnya, untuk membantu seseorang yang patah semangat, seorang penatua dapat menarik perhatiannya pada Mazmur 34:18. Ayat itu berbunyi, ”Yehuwa dekat dengan orang-orang yang patah hati; dan orang-orang yang semangatnya remuk ia selamatkan.” Untuk memastikan bahwa orang yang berkecil hati itu mengerti bagaimana hal itu berlaku atas dirinya, penatua itu dapat bertanya, ’Yehuwa dekat dengan siapa? Apakah Saudara kadang-kadang merasa ”patah hati” dan ”remuk semangat”? Jika Yehuwa dekat dengan orang-orang seperti itu, seperti yang Alkitab katakan, bukankah itu berarti bahwa Ia dekat dengan Saudara?’ Penghiburan yang lembut demikian dapat memulihkan kembali semangat orang yang berkecil hati.—Yesaya 57:15.
Penalaran yang Logis
13, 14. (a) Bagaimana kita dapat bertukar pikiran dengan seseorang yang mengatakan bahwa ia tidak percaya akan Allah yang tidak dapat ia lihat? (b) Mengapa kita hendaknya tidak berharap bahwa semua orang dapat diyakinkan?
13 Dalam pelayanan, kita ingin mencapai hati orang-orang dengan penalaran yang logis dan persuasif. (Kisah 19:8; 28:23, 24) Apakah hal itu berarti bahwa kita harus belajar menggunakan logika yang rumit agar dapat meyakinkan orang lain tentang kebenaran Firman Allah? Sama sekali tidak. Penalaran yang logis tidak perlu rumit. Argumen-argumen yang logis yang disajikan secara sederhana sering kali terbukti paling efektif. Coba perhatikan sebuah contoh.
14 Bagaimana reaksi kita bila seseorang mengatakan bahwa ia tidak percaya akan Allah yang tidak dapat ia lihat? Kita dapat mengajukan penalaran berdasarkan hukum sebab-akibat. Apabila kita melihat suatu akibat, kita percaya bahwa pasti ada suatu sebab. Kita dapat mengatakan, ’Jika Anda berada di daerah yang terpencil dan melihat sebuah rumah yang bagus penuh dengan makanan (akibat), Anda tentu percaya bahwa seseorang (sebab) membangun rumah itu dan mengisi lemari-lemari dapurnya. Demikian pula, apabila kita melihat rancangan yang terlihat di alam dan makanan yang limpah dalam ”lemari-lemari dapur” bumi ini (akibat), bukankah masuk akal untuk percaya bahwa Suatu Pribadi (sebab) bertanggung jawab atas hal itu?’ Argumen sederhana dari Alkitab dengan jelas menyatakan fakta berikut, ”Tentu, setiap rumah dibangun oleh seseorang, tetapi ia yang membangun segala perkara adalah Allah.” (Ibrani 3:4) Akan tetapi, tidak soal seberapa logis penalaran kita, tidak semua orang dapat diyakinkan. Alkitab mengingatkan kita bahwa hanya orang-orang yang ”memiliki kecenderungan yang benar” yang akan menjadi orang percaya.—Kisah 13:48; 2 Tesalonika 3:2.
15. Alur penalaran apa dapat kita gunakan untuk menyoroti sifat-sifat dan jalan-jalan Yehuwa, dan dua contoh apa mempertunjukkan caranya kita dapat menggunakan penalaran seperti itu?
15 Dalam pengajaran kita, tidak soal dalam dinas lapangan atau di sidang, kita dapat menggunakan penalaran yang logis untuk menyoroti sifat-sifat dan jalan-jalan Yehuwa. Yang khususnya efektif adalah alur penalaran ’terlebih lagi’, yang kadang-kadang digunakan Yesus. (Lukas 11:13; 12:24) Bentuk penalaran yang didasarkan pada pengontrasan ini dapat memberikan kesan yang dalam. Untuk mengungkapkan betapa tidak masuk akalnya doktrin api neraka, kita dapat mengatakan, ’Tak ada ayah pengasih yang akan menghukum anaknya dengan menaruh tangan anaknya di api. Terlebih menjijikkan lagi gagasan api neraka bagi Bapak surgawi kita yang pengasih!’ (Yeremia 7:31) Untuk mengajarkan bahwa Yehuwa memperhatikan hamba-hamba-Nya secara pribadi, kita dapat mengatakan, ’Jika Yehuwa mengetahui nama setiap bintang yang jumlahnya miliaran, terlebih besar lagi perhatian-Nya kepada orang-orang yang mengasihi Dia dan yang telah dibeli dengan darah Putra-Nya yang berharga!’ (Yesaya 40:26; Kisah 20:28) Penalaran yang ampuh demikian dapat membantu kita mencapai hati orang-orang.
Perumpamaan yang Cocok
16. Mengapa perumpamaan sangat penting dalam mengajar?
16 Perumpamaan yang efektif merupakan bumbu yang dapat membuat pengajaran kita lebih membangkitkan minat orang lain. Mengapa perumpamaan penting dalam pengajaran? Seorang pendidik berkomentar, ”Kesanggupan untuk berpikir secara abstrak merupakan salah satu hal yang paling sulit dicapai manusia.” Perumpamaan memberikan gambaran yang sangat mengesankan pada pikiran kita, membantu kita memahami lebih sepenuhnya gagasan-gagasan baru. Yesus sangat menonjol dalam menggunakan perumpamaan. (Markus 4:33, 34) Mari kita perhatikan bagaimana kita dapat menggunakan metode pengajaran ini.
17. Empat faktor apa yang membuat sebuah perumpamaan efektif?
17 Apa yang membuat sebuah perumpamaan efektif? Pertama-tama, perumpamaan hendaknya cocok dengan hadirin kita, diambil dari keadaan yang mudah dimengerti oleh pendengar kita. Kita ingat bahwa Yesus mengambil banyak perumpamaan dari kehidupan sehari-hari pendengarnya. Kedua, perumpamaan hendaknya sedapat mungkin cocok dengan pokok yang hendak ditandaskan. Jika perbandingan antara kedua-duanya tidak benar-benar sejajar, perumpamaan itu hanya akan menyimpangkan perhatian pendengar kita. Ketiga, sebuah perumpamaan hendaknya tidak berisi banyak perincian yang tidak perlu. Ingatlah bahwa Yesus hanya memasukkan perincian yang spesifik, tetapi mengabaikan hal-hal yang tidak penting. Keempat, apabila kita menggunakan sebuah perumpamaan, kita hendaknya memastikan bahwa penerapannya jelas. Kalau
tidak, beberapa orang mungkin tidak mengerti maknanya.18. Bagaimana kita dapat membuat perumpamaan yang cocok?
18 Bagaimana kita dapat membuat perumpamaan yang cocok? Kita tidak perlu sampai memikirkan kisah yang panjang dan bertele-tele. Perumpamaan yang singkat dapat sangat efektif. Upayakanlah untuk mengingat contoh-contoh dari pokok yang pernah dibahas. Misalnya, andaikan kita sedang membahas pokok mengenai pengampunan Allah, dan kita ingin memberikan perumpamaan mengenai pokok di Kisah 3:19, yang mengatakan bahwa Yehuwa ’menghapus’, atau melenyapkan, kesalahan kita. Kata-kata itu sendiri merupakan kiasan yang jelas, tetapi contoh nyata apa dapat kita gunakan untuk mengilustrasikan maksudnya—sebuah penghapus? spons? Kita dapat mengatakan, ’Sewaktu Yehuwa mengampuni dosa kita, Ia menghapusnya seakan-akan dengan menggunakan spons (atau penghapus).’ Tidaklah sulit untuk memahami maksud perumpamaan yang sederhana seperti itu.
19, 20. (a) Di mana kita dapat menemukan perumpamaan yang baik? (b) Apa beberapa contoh perumpamaan efektif yang telah diterbitkan dalam publikasi kita? (Lihat juga kotak.)
19 Di mana Saudara dapat menemukan perumpamaan yang cocok, termasuk kisah-kisah nyata? Carilah perumpamaan itu dalam kehidupan Saudara sendiri atau dalam latar belakang dan pengalaman yang beragam dari rekan-rekan seiman. Perumpamaan juga dapat dipilih dari banyak sumber lain, termasuk makhluk hidup dan benda mati, perlengkapan rumah tangga, atau peristiwa terkini yang sangat diketahui masyarakat. Kunci untuk menemukan perumpamaan yang baik adalah selalu tanggap, ”mengamati dengan cermat” situasi sehari-hari di sekeliling kita. (Kisah 17:22, 23) Sebuah karya referensi mengenai berpidato menjelaskan, ”Pembicara yang mengamati kehidupan manusia dan aneka kesibukannya, serta bercakap-cakap dengan segala macam orang, menyelidiki dengan cermat perkara-perkara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sampai ia memahaminya, akan mengumpulkan banyak bahan yang ilustratif yang akan sangat bermanfaat baginya sewaktu dibutuhkan.”
20 Ada sumber lain yang kaya dengan perumpamaan yang efektif—Menara Pengawal, Sedarlah!, dan publikasi lainnya yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Saudara dapat belajar banyak dengan memperhatikan caranya publikasi-publikasi tersebut menggunakan perumpamaan. * Misalnya, perhatikanlah perumpamaan yang tercantum dalam buku Pengetahuan pasal 17 paragraf 11. Perumpamaan itu membandingkan keragaman kepribadian dalam sidang dengan beraneka kendaraan di jalan yang melaju di samping kendaraan Saudara. Apa yang membuat perumpamaan itu efektif? Perhatikan bahwa perumpamaan itu didasarkan pada keadaan sehari-hari, sangat sejajar dengan pokok yang sedang ditandaskan, dan penerapannya jelas. Sewaktu mengajar, kita dapat menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang ada dalam publikasi yang telah diterbitkan, mungkin menyesuaikannya dengan kebutuhan seorang pelajar Alkitab atau untuk digunakan dalam sebuah khotbah.
21. Imbalan apa saja yang diperoleh karena menjadi pengajar Firman Allah yang efektif?
21 Menjadi pengajar yang efektif mendatangkan imbalan yang besar. Sewaktu kita mengajar, kita berbagi dengan orang lain; kita menggunakan sebagian sumber daya kita untuk membantu mereka. Pemberian demikian mendatangkan kebahagiaan, karena Alkitab mengatakan, ”Lebih bahagia memberi daripada menerima.” (Kisah 20:35) Bagi para pengajar Firman Allah, kebahagiaan tersebut berupa sukacita karena tahu bahwa kita menyampaikan sesuatu yang murni dan yang bernilai kekal—kebenaran tentang Yehuwa. Kita juga dapat memiliki kepuasan karena tahu bahwa kita sedang meniru Guru yang Agung, Yesus Kristus.
[Catatan Kaki]
^ par. 6 Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
^ par. 9 Lihat bagian ”Kumpulan Kata Pengantar untuk Digunakan dalam Dinas Pengabaran”, di halaman 9-15.—Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
^ par. 20 Untuk menemukan contoh-contoh, lihat Watch Tower Publications Index 1986-2000, di bawah judul ”Illustrations”, atau Indeks Publikasi Menara Pengawal 1999, di bawah judul ”Ilustrasi”.—Diterbitkan dalam sejumlah bahasa oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
Ingatkah Saudara?
• Bagaimana kita dapat mengajar secara sederhana sewaktu memimpin pelajaran Alkitab di rumah? sewaktu menyampaikan khotbah di sidang?
• Bagaimana kita dapat menggunakan pertanyaan dengan efektif sewaktu mengabar dari rumah ke rumah?
• Bagaimana kita bisa menggunakan penalaran yang logis untuk menyoroti sifat-sifat dan jalan-jalan Yehuwa?
• Di mana kita dapat menemukan perumpamaan-perumpamaan yang cocok?
[Pertanyaan Pelajaran]
[Kotak/Gambar di hlm. 23]
Ingatkah Saudara Perumpamaan Ini?
Berikut ini hanyalah beberapa perumpamaan yang efektif. Marilah kita buka acuannya dan perhatikan bagaimana perumpamaan itu turut menandaskan pokok yang sedang dibahas.
• Seperti para akrobatis atau penari ice-skating, orang-orang yang berupaya membangun perkawinan yang sukses sangat bergantung pada mitra yang baik.—Menara Pengawal, 15 Mei 2001, halaman 16.
• Mengungkapkan perasaan Saudara adalah seperti melemparkan bola. Saudara dapat melemparkannya dengan lembut atau dengan sekuat-kuatnya sehingga menyebabkan cedera.—Sedarlah!, 8 Januari 2001, halaman 10.
• Belajar menyatakan kasih adalah seperti belajar suatu bahasa baru.—Menara Pengawal, 15 Februari 1999, halaman 18, 22-3.
• Dosa yang kita warisi dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi sewaktu sebuah file komputer dirusak oleh suatu virus.—Apakah Ada Pencipta yang Mempedulikan Anda?, halaman 156.
• Bagi hantu-hantu, spiritisme menjalankan fungsi yang sama dengan fungsi umpan dari para pemburu. Hal itu memikat mangsa.—Pengetahuan yang Membimbing kepada Kehidupan Abadi, halaman 111.
• Bagaimana Yesus datang untuk menolong keturunan Adam dapat dibandingkan dengan seorang dermawan kaya yang melunasi utang-utang sebuah perusahaan (akibat ulah seorang manajer yang tidak jujur) dan membuka kembali pabrik tersebut, dengan demikian memberikan manfaat bagi banyak karyawan.—Menara Pengawal, 15 Februari 1991, halaman 13-14.
• Sama seperti para pencinta karya seni akan melakukan apa saja untuk memperbaiki mahakarya seni yang rusak berat, Yehuwa dapat mengabaikan ketidaksempurnaan kita, melihat hal-hal baik dalam diri kita, dan pada akhirnya memulihkan kita kepada keadaan sempurna yang dihilangkan Adam.—Menara Pengawal, 15 Februari 1990, halaman 22.
[Gambar di hlm. 20]
Orang Kristen sejati adalah pengajar Firman Allah
[Gambar di hlm. 21]
Para penatua dapat menggunakan pertanyaan untuk membantu rekan seiman memperoleh penghiburan dari Firman Allah