Pertanyaan Pembaca
Pertanyaan Pembaca
Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa memecat (mengucilkan) anggota yang mereka anggap murtad padahal ia masih percaya akan Allah, Alkitab, dan Yesus Kristus?
Orang-orang yang menyatakan keberatan semacam itu mengemukakan bahwa banyak organisasi agama yang mengaku Kristen membolehkan adanya pandangan yang bertentangan. Bahkan beberapa klerus yang tidak setuju dengan ajaran dasar gereja mereka tetap memiliki kedudukan yang terhormat. Di hampir semua denominasi Susunan Kristen, terdapat kaum modernis yang sangat tidak sependapat dengan kaum fundamentalis sehubungan dengan keterilhaman Alkitab.
Namun, contoh-contoh semacam itu tidak memberi kita dasar untuk melakukan hal yang sama. Mengapa? Banyak dari denominasi-denominasi tersebut membolehkan berbagai pandangan yang berbeda di antara golongan klerus dan kaum awam karena mereka tidak dapat merasa pasti apa sesungguhnya kebenaran Alkitab itu. Mereka itu seperti para penulis dan orang Farisi pada zaman Yesus yang tidak dapat berbicara sebagai orang yang memiliki wewenang, tidak seperti cara Yesus mengajar. (Matius 7:29) Lagi pula, karena para penganut agama itu percaya akan agama paduan, mereka pun tidak boleh membesar-besarkan masalah perbedaan kepercayaan.
Tetapi, sudut pandangan demikian tidak berdasarkan Alkitab. Yesus tidak berkompromi dengan sekte-sekte Yudaisme. Orang Yahudi pengikut sekte-sekte itu mengaku mempercayai Allah pencipta dan Kitab-Kitab Ibrani, khususnya Hukum Musa. Meskipun begitu, Yesus mengatakan kepada murid-muridnya untuk ”waspada . . . terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki”. (Matius 16:11, 12; 23:15) Perhatikan juga bagaimana rasul Paulus dengan tegas mengatakan, ”Bahkan jika kami atau malaikat dari surga menyatakan sesuatu kepadamu sebagai kabar baik, padahal ini berbeda dengan apa yang telah kami nyatakan kepadamu sebagai kabar baik, biarlah ia terkutuk.” Paulus kemudian mengulangi pernyataan itu sebagai penandasan.—Galatia 1:8, 9.
Mengajarkan pandangan yang bertentangan atau berbeda tidak sejalan dengan Kekristenan sejati, sebagaimana dijelaskan Paulus di 1 Korintus 1:10, ”Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.” (Terjemahan Baru) Selanjutnya, ia mengatakan di Efesus 4:3-6 bahwa orang Kristen hendaknya ”dengan sungguh-sungguh berupaya mempertahankan kesatuan roh dalam ikatan perdamaian yang mempersatukan. Ada satu tubuh, dan satu roh, sebagaimana kamu telah dipanggil berkaitan dengan satu harapan yang untuk itulah kamu dipanggil; satu Tuan, satu iman, satu pembaptisan; satu Allah dan Bapak bagi semua orang”.
Apakah persatuan ini akan dicapai dan dipelihara apabila setiap orang secara independen meneliti Alkitab, menarik kesimpulannya sendiri, kemudian mengajarkannya? Sama sekali tidak! Untuk tujuan ini, Allah Yehuwa melalui Yesus Kristus menyediakan ”beberapa orang sebagai rasul, . . . beberapa sebagai penginjil, beberapa sebagai gembala dan guru . . . hingga kita semua mencapai kesatuan dalam iman dan dalam pengetahuan yang saksama tentang Putra Allah, menjadi manusia dewasa”. Ya, dengan bantuan rohaniwan semacam itu, persatuan sidang—dalam ajaran dan kegiatan—dapat dan akan terwujud.—Efesus 4:11-13.
Jelaslah, seseorang diperbolehkan bergabung dengan Saksi-Saksi Yehuwa bukan hanya karena ia percaya akan Allah, Alkitab, Yesus Kristus, dan sebagainya. Paus Katolik Roma dan Uskup Agung Anglikan dari Canterbury mengaku mempercayai hal-hal di atas, meskipun begitu keanggotaan gereja mereka terpisah. Demikian pula, sekadar mengaku memiliki kepercayaan semacam itu tidak berarti seseorang bisa dikenal sebagai seorang Saksi-Saksi Yehuwa.
Untuk dapat bergabung dengan Saksi-Saksi Yehuwa, seseorang harus menerima segenap ajaran Alkitab yang benar, termasuk kepercayaan Alkitab yang hanya dianut Saksi-Saksi Yehuwa. Apa saja yang tercakup dalam kepercayaan itu?
Sengketa besar yang dihadapi manusia adalah keabsahan kedaulatan Yehuwa, yang merupakan alasan Ia membiarkan kefasikan begitu lama. (Yehezkiel 25:17) Yesus Kristus memiliki eksistensi pramanusia dan lebih rendah daripada Bapak surgawinya. (Yohanes 14:28) Ada ”budak yang setia dan bijaksana” di bumi dewasa ini yang ’dipercayakan dengan segala kepentingan Yesus di bumi’, dan budak ini dikaitkan dengan Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa. (Matius 24:45-47) Tahun 1914 menandai berakhirnya Zaman Orang Kafir dan berdirinya Kerajaan Allah di surga, dan juga adalah waktu kehadiran Kristus yang dinubuatkan. (Lukas 21:7-24; Penyingkapan 11:15–12:10) Hanya 144.000 orang Kristen akan menerima pahala surgawi. (Penyingkapan 14:1, 3) Armagedon, yang memaksudkan perang hari besar Allah Yang Mahakuasa, sudah dekat. (Penyingkapan 16:14, 16; 19:11-21) Setelah itu, Pemerintahan Milenium Kristus akan memulihkan seluruh bumi menjadi firdaus. Juga, yang pertama-tama akan menikmatinya adalah ”kumpulan besar” dari ”domba-domba lain” Yesus.—Yohanes 10:16; Penyingkapan 7:9-17; 21:3, 4.
Apakah ada preseden dalam Alkitab untuk pendirian tegas seperti itu? Ya, ada! Paulus menulis tentang beberapa orang sezamannya, ”Perkataan mereka akan menyebar seperti gangren. Himeneus dan Filetus termasuk di antara mereka. Pria-pria inilah yang telah menyimpang dari kebenaran, dengan mengatakan bahwa kebangkitan sudah terjadi; dan mereka merusak iman beberapa orang.” (2 Timotius 2:17, 18; lihat juga Matius 18:6.) Tidak ada petunjuk apa pun bahwa pria-pria ini tidak percaya akan Allah, Alkitab, dan korban Yesus. Namun, karena satu pokok dasar ini, yaitu hal yang mereka ajarkan mengenai saat terjadinya kebangkitan, Paulus dengan tepat mencap mereka sebagai orang murtad, dan orang Kristen yang setia tidak akan bergaul dengan mereka.
Dengan cara serupa, orang yang tidak percaya bahwa Yesus telah datang dalam daging disebut sebagai antikristus oleh rasul Yohanes. Mereka boleh jadi percaya akan Allah, Kitab-Kitab Ibrani, dan Yesus sebagai Putra Allah, dan sebagainya. Tetapi mengenai pokok ini, yaitu bahwa Yesus telah datang dalam daging, mereka tidak setuju dan dengan demikian digolongkan sebagai ”antikristus”. Yohanes selanjutnya mengatakan mengenai orang yang menganut pandangan berbeda tersebut, ”Jika seseorang datang kepadamu dan tidak membawa pengajaran ini, jangan sekali-kali menerima dia dalam rumahmu atau memberikan salam kepadanya. Karena ia yang memberikan salam kepadanya ikut mengambil bagian dalam perbuatannya yang fasik.”—2 Yohanes 7, 10, 11.
Berdasarkan pola Alkitab demikian, jika seorang Kristen (yang mengaku percaya akan Allah, Alkitab, dan Yesus) menyebarkan ajaran palsu dan tidak bertobat, ia bisa jadi perlu dikeluarkan dari sidang. (Lihat Titus 3:10, 11.) Tentu saja, jika seseorang hanya ragu-ragu atau kurang mengerti tentang suatu topik, para rohaniwan yang cakap akan dengan penuh kasih membantunya. Hal ini sesuai dengan nasihat, ”Teruslah tunjukkan belas kasihan kepada mereka yang memiliki keraguan; selamatkan mereka dengan merenggut mereka dari api.” (Yudas 22, 23) Karena itu, tidak ada dasar untuk menuduh bahwa sidang Kristen sejati bersikap terlalu dogmatis, namun sidang Kristen memang menjunjung tinggi dan mengupayakan persatuan yang dianjurkan Firman Allah.