Langsung ke konten

Langsung ke daftar isi

Haruskah Anda Menjalankan Sabat Mingguan?

Haruskah Anda Menjalankan Sabat Mingguan?

Haruskah Anda Menjalankan Sabat Mingguan?

PADA akhir tahun 1988-an, kelompok-kelompok kecil penganut Metodis memblokade Suva, ibu kota Fiji. Pria, wanita, dan anak-anak​—semua berpakaian seperti layaknya ke gereja—memasang 70 pengadang jalan. Mereka menghentikan semua jalur perdagangan serta penerbangan dalam dan luar negeri. Apa penyebabnya? Mereka menuntut agar bangsa itu kembali menjalankan Sabat dengan saksama.

Di Israel, setiap gedung baru bertingkat yang dibangun sejak tahun 2001 harus memiliki setidaknya satu lift yang secara otomatis berhenti di setiap lantai. Tujuannya? Agar orang-orang Yahudi yang saleh, yang menjalankan Sabat dari Jumat malam hingga Sabtu malam, tidak perlu ”bekerja” menekan tombol-tombol di lift.

Di Tonga, sebuah kerajaan di Pasifik Selatan, semua orang dilarang bekerja pada hari Minggu. Pesawat terbang tidak diperbolehkan mendarat, dan kapal laut tidak diizinkan merapat. Kontrak apa pun yang ditandatangani pada hari itu dianggap tidak sah. Menurut konstitusi Tonga, hari Minggu harus ”dianggap kudus” oleh semua orang, tidak soal kepercayaan agamanya. Alasannya? Untuk memastikan bahwa seluruh bangsa itu menjalankan Sabat.

Sebagaimana diperlihatkan contoh-contoh di atas, banyak orang merasa bahwa Allah mengharuskan mereka menjalankan hari Sabat mingguan. Malah, ada yang mengatakan bahwa hal itu sangat penting karena mereka yakin keselamatan kekal kita tersangkut. Ada juga yang merasa bahwa itu adalah perintah Allah yang paling penting. Apa Sabat itu? Dan, apakah Alkitab mendesak orang Kristen untuk menjalankan satu hari Sabat setiap minggu?

Apa Sabat Itu?

Kata Indonesia ”Sabat” berasal dari kata Ibrani yang artinya ”beristirahat, berhenti”. Meskipun catatan Kejadian mengatakan bahwa pada hari ketujuh Allah Yehuwa beristirahat dari pekerjaan penciptaan-Nya, baru pada zaman Musa umat Allah diperintahkan untuk menjalankan hari istirahat yang lamanya 24 jam, atau Sabat. (Kejadian 2:2) Setelah orang Israel meninggalkan Mesir pada tahun 1513 SM, Yehuwa secara mukjizat menyediakan manna bagi mereka di padang belantara. Mengenai pengumpulan manna ini, mereka diperintahkan, ”Selama enam hari kamu memungutnya, tetapi hari ketujuh adalah sabat. Pada hari itu tidak akan ada apa-apa.” (Keluaran 16:26) Kita kemudian diberi tahu bahwa ”bangsa itu menjalankan sabat pada hari ketujuh”, dari matahari terbenam pada hari Jumat malam sampai matahari terbenam pada hari Sabtu malam.—Keluaran 16:30.

Tidak lama setelah perintah itu diberikan, Yehuwa memberikan sebuah hukum tentang menjalankan Sabat, menyertakannya dalam Sepuluh Perintah yang diberikan kepada Musa. (Keluaran 19:1) Yang keempat dari kesepuluh perintah tersebut antara lain menyatakan, ”Dengan mengingat hari sabat, agar itu disucikan, engkau harus bekerja dan melakukan semua pekerjaanmu selama enam hari. Tetapi hari yang ketujuh adalah sabat bagi Yehuwa, Allahmu.” (Keluaran 20:8-10) Demikianlah, Sabat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan orang Israel.​—Ulangan 5:12.

Apakah Yesus Menjalankan Sabat Mingguan?

Ya, Yesus memang menjalankan Sabat. Mengenai dia, kita diberi tahu, ”Pada kesudahan jangka waktu itu, Allah mengutus Putranya, yang lahir dari seorang wanita dan yang kemudian berada di bawah hukum.” (Galatia 4:4) Karena terlahir sebagai orang Israel, Yesus berada di bawah Hukum, dan itu mencakup hukum Sabat. Setelah kematian Yesus, barulah perjanjian Hukum disingkirkan. (Kolose 2:13, 14) Dengan mengetahui kapan berbagai peristiwa tersebut terjadi dalam arus waktu, kita bisa memahami pandangan Allah tentang hal ini.​—Lihat bagan di  halaman 15.

Memang, Yesus mengatakan, ”Jangan berpikir aku datang untuk meniadakan Hukum atau Kitab Para Nabi. Aku datang, bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17) Namun, apa artinya ”menggenapi”, atau memenuhi? Sebagai ilustrasi: Seorang pembangun menggenapi atau memenuhi suatu kontrak untuk menyelesaikan sebuah bangunan, bukan dengan mengoyak kontrak tersebut, melainkan dengan merampungkan bangunannya. Namun, setelah pekerjaan itu selesai sampai taraf yang memuaskan kliennya, kontrak pun dipenuhi dan si pembangun tidak terikat lagi oleh kontrak itu. Demikian pula, Yesus tidak melanggar, atau mengoyak, Hukum; sebaliknya, ia menggenapinya dengan menjalankannya secara sempurna. Setelah digenapi, umat Allah tidak lagi terikat oleh ”kontrak” Hukum itu.

Tuntutan Kristen?

Karena Kristus menggenapi Hukum, apakah orang Kristen wajib menjalankan Sabat mingguan? Di bawah ilham, rasul Paulus menjawab, ”Karena itu, jangan biarkan seorang pun menghakimi kamu dalam hal makan dan minum atau berkenaan dengan suatu perayaan atau perayaan bulan baru atau sabat; sebab perkara-perkara itu adalah bayangan dari perkara-perkara yang akan datang, sedangkan kenyataannya ada pada Kristus.”​—Kolose 2:16, 17.

Kata-kata terilham tersebut menyiratkan bahwa ada perubahan yang cukup besar sehubungan dengan tuntutan Allah bagi hamba-hamba-Nya. Mengapa demikian? Karena orang Kristen berada di bawah hukum yang baru, yaitu ”hukum Kristus”. (Galatia 6:2) Perjanjian Hukum yang dahulu diberikan melalui Musa kepada Israel berakhir ketika kematian Yesus menggenapinya. (Roma 10:4; Efesus 2:15) Apakah perintah tentang menjalankan Sabat juga berakhir? Ya. Setelah mengatakan bahwa ”kita telah dibebaskan dari Hukum”, Paulus selanjutnya menyebut tentang salah satu dari Sepuluh Perintah. (Roma 7:6, 7) Jadi, Sepuluh Perintah—termasuk hukum Sabat—adalah bagian dari Hukum yang sudah berakhir itu. Maka, para penyembah Allah tidak lagi diwajibkan menjalankan Sabat mingguan.

Perubahan dari sistem ibadat Israel ke sistem ibadat Kristen bisa diilustrasikan sebagai berikut: Suatu bangsa bisa jadi mengubah konstitusinya. Setelah konstitusi baru itu disahkan, rakyat tidak lagi wajib mematuhi konstitusi sebelumnya. Meski beberapa hukum dalam konstitusi baru mungkin sama dengan hukum dalam konstitusi sebelumnya, yang lain-lain bisa jadi berbeda. Maka, orang perlu mempelajari konstitusi baru itu dengan cermat untuk memahami hukum mana saja yang sekarang berlaku. Selain itu, warga negara yang loyal ingin tahu kapan konstitusi baru tersebut mulai diterapkan.

Demikian pula, Allah Yehuwa menyediakan bagi bangsa Israel lebih dari 600 hukum, termasuk 10 yang utama. Ini mencakup hukum tentang moral, korban, masalah kesehatan, dan Sabat. Namun, Yesus mengatakan bahwa para pengikut terurapnya akan membentuk ”bangsa” yang baru. (Matius 21:43) Sejak tahun 33 M, bangsa ini telah memiliki ”konstitusi” baru, yang dilandaskan atas dua hukum dasar​—kasih akan Allah dan kasih akan sesama. (Matius 22:36-40) Meskipun ”hukum Kristus” mencakup instruksi-instruksi yang mirip dengan instruksi-instruksi dalam Hukum yang diberikan kepada Israel, kita hendaknya tidak heran bahwa beberapa hukum sangat berbeda dan bahwa ada juga yang tidak berlaku lagi. Hukum yang mewajibkan orang untuk menjalankan Sabat mingguan adalah salah satu hukum yang tidak lagi mengikat.

Apakah Allah Mengubah Standar-Standar-Nya?

Apakah perubahan dari Hukum Musa ke hukum Kristus ini berarti bahwa Allah telah mengubah standar-standar-Nya? Tidak. Sebagaimana orang tua akan menyesuaikan aturan yang ia buat bagi anak-anaknya, dengan mempertimbangkan usia dan keadaan mereka, Yehuwa telah menyesuaikan hukum-hukum yang wajib dipatuhi umat-Nya. Rasul Paulus menjelaskan hal ini demikian, ”Sebelum iman itu tiba, kita dijaga di bawah hukum, diserahkan menjadi tahanan, sambil menantikan iman yang telah ditentukan untuk disingkapkan. Oleh karena itu, Hukum telah menjadi pembimbing kita yang menuntun kepada Kristus, agar kita dinyatakan adil-benar karena iman. Tetapi setelah iman itu tiba, kita tidak lagi berada di bawah pembimbing.”​—Galatia 3:23-25.

Bagaimana alur penalaran Paulus berlaku untuk Sabat? Perhatikan ilustrasi berikut: Sewaktu di sekolah, seorang siswa mungkin diharuskan mempelajari suatu mata pelajaran, misalnya membuat perabot dari kayu, pada hari tertentu setiap minggu. Namun, sewaktu mulai bekerja, ia mungkin perlu menggunakan berbagai keterampilan yang telah ia pelajari, bukan hanya pada satu hari itu, melainkan setiap hari sepanjang minggu. Demikian pula, sementara berada di bawah Hukum, orang Israel diharuskan menyisihkan satu hari setiap minggu untuk beristirahat dan beribadat. Di pihak lain, orang Kristen diharuskan beribadat kepada Allah, tidak hanya satu hari seminggu, tetapi setiap hari.

Maka, salahkah menyisihkan satu hari setiap minggu untuk beristirahat dan beribadat? Tidak. Menurut Firman Allah, setiap orang harus memutuskannya sendiri, dengan mengatakan, ”Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri.” (Roma 14:5, Terjemahan Baru) Meskipun ada yang memutuskan untuk menganggap satu hari lebih penting atau lebih kudus daripada hari-hari lain, Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa Allah tidak mengharapkan orang Kristen menjalankan Sabat mingguan.

[Kutipan di hlm. 12]

”Selama enam hari kamu memungutnya, tetapi hari ketujuh adalah sabat. Pada hari itu tidak akan ada apa-apa.”​—KELUARAN 16:26

[Kutipan di hlm. 14]

”Hukum telah menjadi pembimbing kita yang menuntun kepada Kristus, agar kita dinyatakan adil-benar karena iman. Tetapi setelah iman itu tiba, kita tidak lagi berada di bawah pembimbing.”​—GALATIA 3:24, 25

[Kotak/​Diagram di hlm. 13]

Garis Batas Penanggalan Internasional dan Sabat

Garis batas penanggalan internasional menghadirkan tantangan bagi orang-orang yang yakin bahwa mereka harus menjalankan Sabat mingguan pada hari yang sama di mana pun. Garis batas penanggalan adalah garis imajiner yang sebagian besar melewati Samudra Pasifik di sepanjang garis bujur 180 derajat. Negeri-negeri di sebelah barat garis batas penanggalan berada satu hari lebih maju daripada negeri-negeri di sebelah timurnya.

Sebagai contoh, bila di Fiji dan Tonga sedang hari Minggu, di Samoa dan Niue sedang hari Sabtu. Maka, jika seseorang menjalankan Sabat di Fiji pada hari Sabtu, para anggota agamanya di Samoa, yang berjarak hanya 1.145 kilometer, bekerja karena di sana sedang hari Jumat.

Para penganut Adven Hari Ketujuh di Tonga menjalankan Sabat mereka pada hari Minggu, karena bernalar bahwa dengan melakukan hal itu, mereka menjalankan Sabat bersamaan waktu dengan para anggota mereka di Samoa, yang berjarak sekitar 850 kilometer. Namun, pada waktu yang sama, penganut Adven Hari Ketujuh di Fiji, yang jaraknya kurang dari 800 kilometer, tidak beristirahat karena di sana ketika itu sedang hari Minggu, dan mereka menjalankan Sabat pada hari Sabtu!

[Diagram]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

\

\

\

\ SAMOA

\

— ― ― ― ― ― ― ―

FIJI \

Minggu \ Sabtu

\

\

TONGA \

\

\

\

[Tabel di hlm. 15]

 (Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Fakta-Fakta untuk Diingat mengenai Sabat:

Meskipun sebuah ayat Alkitab mungkin menyebut tentang perlunya menjalankan Sabat mingguan, kita perlu memastikan zaman ketika kata-kata itu dinyatakan.

4026 SM SEBELUM ZAMAN MUSA

ADAM DICIPTAKAN Hukum mengenai Sabat tidak diberikan

sebelum zaman Musa dan zaman orang

Israel.​—Ulangan 5:1-3, 12-14.

1513 SM HUKUM ALLAH KEPADA ISRAEL

HUKUM DIBERIKAN Hukum mengenai Sabat tidak diberikan

KEPADA ISRAEL kepada bangsa-bangsa lain. (Mazmur

147:19, 20) Itu diberikan sebagai ”tanda”

antara Yehuwa dan putra-putra Israel.

​—Keluaran 31:16, 17.

Hari Sabat mingguan hanyalah salah satu

di antara banyak sabat yang diperintahkan

kepada orang Israel untuk dilaksanakan.

​—Imamat 16:29-31; 23:4-8; 25:4, 11;

Bilangan 28:26.

33 M HUKUM KRISTUS

AKHIR DARI HUKUM YANG Ketika memutuskan apa yang Allah tuntut

DIBERIKAN KEPADA ISRAEL dari orang Kristen, pada tahun 49 M, para

rasul dan tua-tua di Yerusalem tidak

menyebutkan perlunya menjalankan Sabat

mingguan.—Kisah 15:28, 29.

Rasul Paulus prihatin terhadap

orang-orang Kristen yang menekankan

perlunya menjalankan hari-hari

khusus.—Galatia 4:9-11.

2010 M

[Gambar di hlm. 11]

Surat-surat kabar mendokumentasi pengadang jalan yang dipasang oleh kelompok-kelompok penganut Metodis yang menuntut agar Fiji kembali menjalankan Sabat dengan saksama

[Keterangan]

Courtesy of the Fiji Times