Kapan Yerusalem Kuno Dihancurkan?—Bagian Satu
Kapan Yerusalem Kuno Dihancurkan?—Bagian Satu
Mengapa Ini Penting; Apa yang Ditunjukkan Bukti
Ini adalah artikel pertama yang membahas pertanyaan-pertanyaan akademis seputar tahun dihancurkannya Yerusalem kuno. Dua artikel dalam seri ini menyajikan jawaban berdasarkan Alkitab dan riset yang cermat atas pertanyaan yang kadang diajukan pembaca.
”Pada umumnya, sejarawan dan arkeolog mengakui 586 SM atau 587 SM sebagai tahun dihancurkannya Yerusalem. * Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa itu terjadi pada 607 SM? Apa dasar kesimpulan Anda?”
ITULAH pertanyaan seorang pembaca majalah ini. Tetapi, mengapa kita perlu mengetahui kapan sebenarnya Raja Babilonia Nebukhadnezar II menghancurkan kota Yerusalem? Pertama, karena peristiwa itu menandai titik balik penting dalam sejarah umat Allah. Seorang sejarawan mengatakan bahwa hal itu mengakibatkan ”bencana, bahkan bencana terbesar”. Tahun itu menandai akhir dari bait yang telah menjadi pusat ibadat kepada Allah Yang Mahakuasa selama lebih dari 400 tahun. ”Ya Allah,” ratap seorang pemazmur Alkitab, ”mereka menajiskan Rumah-Mu, Yerusalem dijadikan reruntuhan.”—Mazmur 79:1, Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK). *
Kedua, karena dengan mengetahui kapan sebenarnya ”bencana terbesar” ini mulai dan dengan memahami bagaimana pemulihan ibadat sejati di Yerusalem menggenapi suatu nubuat Alkitab, keyakinan Anda akan keterandalan Firman Allah akan diperkuat. Jadi, mengapa Saksi Yehuwa meyakini tahun yang berbeda dengan tahun yang diakui umum, dengan selisih 20 tahun? Singkatnya, karena bukti dari Alkitab itu sendiri.
”Tujuh Puluh Tahun” bagi Siapa?
Bertahun-tahun sebelum penghancuran itu, nabi Yeremia memberikan petunjuk penting untuk memahami kronologi Alkitab. Ia memperingatkan ”segenap penduduk Yerusalem” demikian, ”Seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya.” * (Yeremia 25:1, 2, 11, Terjemahan Baru [TB]) Nabi itu kemudian menambahkan, ”Sebab inilah firman Yehuwa, ’Setelah genap tujuh puluh tahun, aku akan memalingkan perhatianku kepadamu di Babilon, dan aku akan mewujudkan atasmu perkataanku yang baik dengan membawa kamu kembali ke tempat ini.’” (Yeremia 29:10) Mengapa periode ”tujuh puluh tahun” itu penting? Dan, bagaimana periode waktu itu membantu kita menentukan kapan Yerusalem dihancurkan?
Banyak terjemahan tidak menyebutkan ”di Babilon” tetapi ”bagi Babel”. (TB) Karena itu, beberapa sejarawan menyatakan bahwa periode 70 tahun itu berlaku atas Imperium Babilonia. Menurut kronologi sekuler, orang Babilonia menduduki negeri Yehuda dan Yerusalem kuno selama kira-kira 70 tahun, dari sekitar tahun 609 SM sampai 539 SM saat ibu kota Babilon direbut.
Tetapi, Alkitab memperlihatkan bahwa 70 tahun itu merupakan masa hukuman yang berat dari Allah—secara khusus ditujukan kepada penduduk Yehuda dan Yerusalem, yang terikat dalam perjanjian untuk menaati Dia. (Keluaran 19:3-6) Sewaktu mereka tidak mau berbalik dari jalan-jalan mereka yang jahat, Allah berkata, ”Aku akan . . . memanggil Nebukadnezar, raja Babel, . . . melawan negeri ini, melawan penduduknya dan melawan bangsa-bangsa sekeliling ini.” (Yeremia 25:4, 5, 8, 9, TB) Walaupun bangsa-bangsa tetangga juga akan menderita di tangan Babilon, penghancuran Yerusalem dan masa pembuangan selama 70 tahun berikutnya disebut oleh Yeremia sebagai ”hukuman atas kesalahan putri bangsaku”, karena Yerusalem telah ”melakukan dosa sepenuhnya”.—Ratapan 1:8; 3:42; 4:6.
Jadi, menurut Alkitab, 70 tahun itu merupakan masa hukuman yang menyesakkan bagi Yehuda, dan Allah menggunakan orang Babilonia sebagai alat untuk memberikan hukuman yang berat ini. Namun, Allah memberi tahu orang Yahudi, ”Apabila telah genap tujuh puluh tahun . . . Aku akan . . . membawa kamu kembali ke tempat ini”—negeri Yehuda dan Yerusalem.—Yeremia 29:10, Kitab Suci Komunitas Kristiani (KSKK).
Kapan Periode ”Tujuh Puluh Tahun” Itu Mulai?
Ezra, sejarawan terilham yang hidup setelah periode 70 tahun tersebut digenapi, menulis tentang Raja Nebukhadnezar, ”Orang-orang yang luput dari pedang dibawanya sebagai tawanan ke Babilon, dan mereka menjadi hamba bagi dia dan putra-putranya sampai kekuasaan kerajaan Persia mulai memerintah; untuk menggenapi firman Yehuwa melalui mulut Yeremia, sampai negeri itu membayar lunas sabat-sabatnya. Selama dibiarkan telantar, negeri itu menjalankan sabat, sampai genap tujuh puluh tahun.”—2 Tawarikh 36:20, 21.
Jadi, selama 70 tahun itu, negeri Yehuda dan Yerusalem akan ”membayar lunas sabat-sabatnya”. Ini berarti negeri itu akan diistirahatkan—tidak digarap, tidak ada kegiatan menabur benih ataupun memangkas kebun anggur. (Imamat 25:1-5) Sebagai hukuman atas ketidaktaatan umat Allah, yang dosanya mencakup kelalaian menjalankan semua tahun Sabat, negeri mereka akan ditelantarkan dan tidak digarap selama 70 tahun.—Imamat 26:27, 32-35, 42, 43.
Kapan negeri Yehuda mulai ditelantarkan dan tidak digarap? Sebenarnya, orang Babilonia di bawah Nebukhadnezar menyerang Yerusalem dua kali, dengan selang waktu bertahun-tahun. Kapan periode 70 tahun itu mulai? Yang pasti bukan setelah Nebukhadnezar pertama kali mengepung Yerusalem. Mengapa? Meskipun pada waktu itu Nebukhadnezar membawa banyak tawanan dari Yerusalem ke Babilon, masih banyak orang yang ditinggalkan di negeri itu. Ia juga membiarkan kota itu tetap berdiri. Bertahun-tahun setelah deportasi awal itu, orang-orang yang tersisa di Yehuda, ”golongan rakyat kecil”, masih makan dari hasil tanah mereka. (2 Raja 24:8-17) Tetapi, belakangan situasinya berubah drastis.
Pemberontakan orang Yahudi membuat orang Babilonia kembali ke Yerusalem. (2 Raja 24:20; 25:8-10) Mereka menghancurkan kota itu, termasuk bait sucinya, dan membawa banyak tawanan ke Babilon. Dalam dua bulan, ”seluruh rakyat Yehuda [yang masih tertinggal di negeri itu], kaya maupun miskin, bersama-sama dengan para perwira lari ke Mesir karena takut kepada orang Babel.” (2 Raja 25:25, 26, BIMK) Pada bulan ketujuh tahun itu, yaitu bulan Tisri pada kalender Yahudi (September/Oktober), barulah dapat dikatakan bahwa negeri itu, yang kini telantar dan tidak digarap, mulai melunasi sabat-sabatnya. Bagi para pengungsi Yahudi di Mesir, Allah mengatakan melalui Yeremia, ”Kamu sendiri telah menyaksikan bencana yang Kutimpakan ke atas Yerusalem dan semua kota lain di Yehuda. Sampai sekarang pun kota-kota itu masih dalam keadaan hancur tanpa penghuni.” (Yeremia 44:1, 2, BIMK) Jadi, tampaknya peristiwa inilah yang menjadi titik awal periode 70 tahun itu. Tahun berapakah itu? Untuk menjawabnya, kita perlu melihat kapan periode itu berakhir.
Kapan ”Tujuh Puluh Tahun” Itu Berakhir?
Nabi Daniel, yang hidup sampai ”kerajaan Persia mulai memerintah”, berada di Babilon, dan ia menghitung kapan periode 70 tahun itu akan berakhir. Ia menulis, ”Aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman TUHAN kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun.”—Daniel 9:1, 2, TB.
Ezra mengingat kembali nubuat Yeremia dan menghubungkan akhir ”tujuh puluh tahun” itu dengan waktu ketika ”Tuhan menggerakkan hati Raja Koresi, Raja Persia untuk memaklumkan perintah”. (2 Tawarikh 36:21, 22, KSKK) Kapan orang Yahudi dibebaskan? Dekret untuk membebaskan mereka dikeluarkan pada ”tahun pertama Koresi, Raja Persia”. (Lihat kotak ”Tahun yang Sangat Penting dalam Sejarah”.) Maka, pada musim gugur 537 SM, orang Yahudi telah kembali ke Yerusalem untuk memulihkan ibadat sejati.—Ezra 1:1-5; 2:1; 3:1-5.
Jadi, menurut kronologi Alkitab, 70 tahun tersebut adalah periode waktu harfiah yang berakhir pada 537 SM. Dengan menghitung mundur 70 tahun, kita akan mengetahui kapan mulainya periode itu, yakni 607 SM.
Namun, jika bukti dari Alkitab terilham dengan jelas menunjukkan bahwa Yerusalem dihancurkan pada 607 SM, mengapa banyak pakar dengan kukuh berpegang pada 587 SM? Mereka mengandalkan dua sumber informasi—tulisan para sejarawan era Yunani-Romawi dan kanon Ptolemeus. Apakah sumber-sumber ini lebih andal daripada Alkitab? Mari kita lihat.
Sejarawan Era Yunani-Romawi—Seberapa Akuratkah?
Para sejarawan yang hidup sekitar tahun kehancuran Yerusalem memberikan informasi yang beragam tentang raja-raja Neo-Babilonia. * (Lihat kotak ”Raja-Raja Neo-Babilonia”.) Urutan peristiwa berdasarkan keterangan kronologis mereka tidak sesuai dengan kronologi Alkitab. Namun, seberapa andalkah tulisan-tulisan mereka?
Salah seorang sejarawan yang hidup paling dekat dengan masa Neo-Babilonia adalah Berosus, seorang ”imam dewa Bel” di Babilon. Karya aslinya, dengan judul Babyloniaca, yang ditulis sekitar 281 SM, sudah tidak ada lagi, dan hanya beberapa fragmennya yang masih ada dalam karya sejarawan-sejarawan lain. Berosus mengaku bahwa ia menggunakan ”buku-buku yang disimpan dengan sangat baik di Babilon”.1 Apakah Berosus benar-benar sejarawan yang akurat? Perhatikan satu contoh.
Berosus menulis bahwa Raja Sanherib dari Asiria bertakhta setelah ”pemerintahan saudara[-nya]”; dan ”setelah dia, putranya [Esarhadon berkuasa selama] 8 tahun; dan selanjutnya, Samuges [Syamas-syuma-ukin] 21 tahun”. (III, 2.1, 4) Tetapi, menurut dokumen sejarah Babilonia yang ditulis jauh sebelum zaman Berosus, Sanherib memerintah setelah ayahnya, Sargon II, dan bukan setelah saudaranya. Esarhadon berkuasa selama 12 tahun, bukan 8; dan Syamas-syuma-ukin selama 20 tahun, bukan 21. Pakar R.J. van der Spek, meski mengakui bahwa Berosus merujuk kepada tawarikh Babilonia, menulis, ”Hal ini tidak menghalangi dia memasukkan tambahan dan penafsirannya sendiri.”2
Bagaimana pandangan pakar lain tentang Berosus? ”Dahulu, Berosus biasanya dianggap sebagai seorang sejarawan,” kata S.M. Burstein yang meneliti karya-karya Berosus. Namun, ia menyimpulkan, ”Sebagai sejarawan, hasil pekerjaannya dapat dikatakan tidak memadai. Bahkan dalam bentuk fragmennya, Babyloniaca memuat sejumlah kesalahan tentang fakta sederhana, yang sebenarnya tidak boleh terjadi . . . Bagi seorang sejarawan, kesalahan seperti itu sangat fatal, tetapi Berosus memang tidak bermaksud membuat catatan sejarah.”3
Mengingat hal-hal tadi, bagaimana menurut Anda? Apakah karya Berosus bisa benar-benar dianggap akurat dan konsisten? Dan, bagaimana dengan sejarawan era Yunani-Romawi lainnya, yang kebanyakan menyusun kronologinya berdasarkan tulisan-tulisan Berosus? Apakah kesimpulan mereka dapat diandalkan?
Kanon Ptolemeus
Kanon, atau daftar raja-raja, karya Klaudius Ptolemeus, seorang astronom abad kedua M,
juga digunakan untuk mendukung tahun 587 SM yang diyakini sejak lama. Daftar raja-raja yang ia buat dianggap sebagai tulang punggung kronologi sejarah kuno, termasuk masa Neo-Babilonia.Ptolemeus menyusun daftarnya sekitar 600 tahun setelah masa Neo-Babilonia berakhir. Jadi, bagaimana ia menentukan kapan raja pertama dalam daftarnya mulai berkuasa? Ptolemeus menjelaskan bahwa dengan menggunakan kalkulasi astronomis, termasuk berdasarkan gerhana, ”kami bisa menentukan awal dari pemerintahan Nabonasar”, raja pertama dalam daftarnya.4 Maka, Christopher Walker dari British Museum mengatakan bahwa kanon Ptolemeus adalah ”skema buatan yang disusun untuk memberikan kronologi yang konsisten bagi para astronom” dan ”bukan untuk memberikan catatan akurat tentang pergantian raja-raja bagi para sejarawan”.5
”Telah lama diketahui bahwa Kanon itu dapat diandalkan secara astronomis,” tulis Leo Depuydt, seorang pembela Ptolemeus yang paling antusias, ”tetapi tidak otomatis berarti bahwa Kanon itu dapat diandalkan secara historis.” Mengenai daftar raja-raja ini, Profesor Depuydt menambahkan, ”Untuk raja-raja yang disebutkan di awal Kanon itu [termasuk raja-raja Neo-Babilonia], masa pemerintahannya masing-masing perlu dibandingkan dengan catatan berhuruf paku.”6
Apa yang dimaksud dengan ”catatan berhuruf paku” itu, yang membantu kita menentukan keakuratan kanon Ptolemeus dari segi sejarah? Itu adalah dokumen berhuruf paku yang mencakup tawarikh Babilonia, daftar raja-raja, dan lempeng perdagangan—yang dicatat oleh para penulis yang hidup selama atau sekitar masa Neo-Babilonia.7
Apakah daftar Ptolemeus sesuai dengan catatan tersebut? Kotak ”Apakah Kanon Ptolemeus Sesuai dengan Lempeng Kuno?” (lihat di bawah) memperlihatkan sebagian dari kanon itu dan membandingkannya dengan sebuah dokumen kuno. Perhatikan bahwa Ptolemeus hanya menyebutkan empat raja di antara penguasa Babilonia Kandalanu dan Nabonidus. Tetapi menurut Daftar Raja Uruk, ada tujuh raja yang memerintah di antara mereka. Apakah pemerintahan raja-raja itu sangat singkat sehingga dapat diabaikan? Menurut lempeng perdagangan, salah satunya memerintah selama tujuh tahun.8
Selain itu, ada bukti kuat dari dokumen berhuruf paku bahwa sebelum pemerintahan Nabopolasar (raja pertama dari masa Neo-Babilonia), raja lain (Asyur-etel-ilani) memerintah selama empat tahun di Babilonia. Lagi pula, selama lebih dari setahun, tidak ada raja di negeri itu.9 Namun, semua fakta ini tidak muncul dalam kanon Ptolemeus.
Mengapa Ptolemeus menghilangkan nama beberapa penguasa? Agaknya, ia tidak menganggap mereka sebagai penguasa Babilon yang sah.10 Sebagai contoh, ia tidak menyertakan Labasyi-Marduk, seorang raja Neo-Babilonia. Tetapi, menurut dokumen berhuruf paku, raja-raja yang namanya tidak disebutkan oleh Ptolemeus sebenarnya pernah memerintah atas Babilonia.
Kanon Ptolemeus ini secara umum dianggap akurat. Tetapi, mengingat adanya perincian yang tidak dimasukkan, dapatkah kanon itu digunakan untuk menyusun kronologi sejarah yang tepat?
Kesimpulan Berdasarkan Bukti Ini
Sebagai ringkasan: Alkitab dengan jelas menyebutkan bahwa ada masa pembuangan selama 70 tahun. Ada bukti kuat yang disetujui kebanyakan pakar, bahwa orang-orang Yahudi buangan sudah pulang ke negeri asal mereka pada 537 SM. Dengan menghitung mundur dari tahun itu, kita mengetahui bahwa Yerusalem dihancurkan pada 607 SM. Meskipun para sejarawan era Yunani-Romawi dan kanon Ptolemeus tidak menunjuk ke tahun tersebut, ada alasan yang kuat untuk mempertanyakan keakuratan tulisan-tulisan mereka. Ya, kedua sumber itu tidak memberikan cukup bukti untuk menjatuhkan kronologi Alkitab.
Tetapi, masih ada pertanyaan lain. Apakah sama sekali tidak ada bukti sejarah yang mendukung tahun 607 SM yang didasarkan atas Alkitab? Bukti apa yang disingkapkan oleh dokumen berhuruf paku, yang kebanyakan ditulis oleh saksi-saksi mata di zaman dahulu? Kita akan membahasnya di artikel berikut.
[Catatan Kaki]
^ par. 4 Kedua tahun ini disebutkan dalam sumber sekuler. Untuk memudahkan, kami akan menggunakan 587 SM dalam seri ini. SM berarti ”Sebelum Masehi”.
^ par. 5 Saksi-Saksi Yehuwa menghasilkan sebuah terjemahan Alkitab yang andal dan dikenal sebagai Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru. Tetapi, jika Anda bukan Saksi Yehuwa, Anda mungkin lebih suka menggunakan terjemahan lain sewaktu mempelajari topik Alkitab. Artikel ini mengutip beberapa terjemahan Alkitab yang umum digunakan.
^ par. 8 ”Babel” adalah sebutan lain bagi ”Babilon”.
^ par. 23 Imperium Neo-Babilonia dimulai dengan pemerintahan Nabopolasar, ayah Nebukhadnezar, dan berakhir dengan pemerintahan Nabonidus. Jangka waktu ini menarik bagi para pakar karena meliputi sebagian besar periode 70 tahun itu.
[Kotak/Gambar di hlm. 28]
TAHUN YANG SANGAT PENTING DALAM SEJARAH
Tahun 539 SM, sewaktu Kores II menaklukkan Babilon dihitung berdasarkan:
▪ Sumber sejarah kuno dan lempeng berhuruf paku: Diodorus dari Sisilia (± 80-20 SM) menulis bahwa Kores menjadi raja Persia pada ”tahun pertama dari Olimpiad Kelima Puluh Lima”. (Historical Library, Buku IX, 21) Itu adalah tahun 560 SM. Sejarawan Yunani, Herodotus (± 485-425 SM) menyatakan bahwa Kores dibunuh ”setelah ia memerintah dua puluh sembilan tahun”; artinya, ia mati pada tahun ke-30 pemerintahannya, yakni 530 SM. (Histories, Buku I, Clio, 214) Lempeng berhuruf paku menunjukkan bahwa sebelum Kores mati, ia menguasai Babilon selama sembilan tahun. Jadi, Kores menaklukkan dan mulai menguasai Babilon pada 539 SM.
Konfirmasi dari sebuah lempeng berhuruf paku: Sebuah lempeng tanah liat Babilonia (BM 33066), yang memuat informasi astronomis, meneguhkan bahwa Kores mati pada 530 SM. Meskipun ada beberapa kesalahan tentang posisi benda-benda langit, lempeng ini menyebutkan tentang dua gerhana bulan yang dikatakan terjadi pada tahun ketujuh pemerintahan Kambises II, putra dan penerus Kores. Kedua gerhana bulan ini adalah gerhana yang kelihatan di Babilon pada 16 Juli 523 SM dan 10 Januari 522 SM, sehingga dapat disimpulkan bahwa musim semi 523 SM adalah permulaan dari tahun ketujuh pemerintahan Kambises. Artinya, tahun pertama pemerintahannya adalah 529 SM. Jadi, tahun terakhir pemerintahan Kores adalah 530 SM; dan, tahun pertama pemerintahannya atas Babilon adalah 539 SM.
[Keterangan]
Tablet: © The Trustees of the British Museum
[Kotak di hlm. 31]
RINGKASAN
▪ Sejarawan sekuler biasanya mengatakan bahwa Yerusalem dihancurkan pada 587 SM.
▪ Kronologi Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa penghancuran itu terjadi pada 607 SM.
▪ Sejarawan sekuler mendasarkan kesimpulan mereka terutama pada tulisan sejarawan era Yunani-Romawi dan kanon Ptolemeus.
▪ Tulisan sejarawan era Yunani-Romawi memuat kesalahan yang serius dan tidak selalu konsisten dengan catatan pada lempeng tanah liat.
[Kotak di hlm. 31]
CATATAN
1. Babyloniaca (Chaldaeorum Historiae), Buku Satu, 1.1.
2. Studies in Ancient Near Eastern World View and Society, halaman 295.
3. The Babyloniaca of Berossus, halaman 8.
4. Almagest, III, 7, diterjemahkan G.J. Toomer, dalam Ptolemy’s Almagest, diterbitkan 1998, halaman 166. Ptolemeus tahu bahwa para astronom Babilonia menggunakan skema matematis untuk ”menghitung” waktu terjadinya gerhana di masa lalu dan di masa depan karena didapati bahwa gerhana yang sejenis berulang setiap 18 tahun.—Almagest, IV, 2.
5. Mesopotamia and Iran in the Persian Period, halaman 17-18.
6. Journal of Cuneiform Studies, Jilid 47, 1995, halaman 106-107.
7. Huruf paku adalah sejenis tulisan pada lempeng tanah liat. Sang penulis menggoreskan huruf-huruf itu pada permukaan lempeng tanah liat yang lunak dengan pena pengukir yang tajam dan ujungnya berbentuk segi tiga.
8. Sin-syara-iskun memerintah selama tujuh tahun, dan 57 lempeng perdagangan dari raja ini berasal dari tahun pertama hingga tahun ketujuh pemerintahannya. Lihat Journal of Cuneiform Studies, Jilid 35, 1983, halaman 54-59.
9. Lempeng perdagangan C.B.M. 2152 berasal dari tahun keempat Asyur-etel-ilani. (Legal and Commercial Transactions Dated in the Assyrian, Neo-Babylonian and Persian Periods—Chiefly From Nippur, karya A.T. Clay, 1908, halaman 74.) Inskripsi Nabonidus dari Harran, (H1B), I, baris 30, juga mencantumkan namanya persis sebelum Nabopolasar. (Anatolian Studies, Jil. VIII, 1958, halaman 35, 47.) Mengenai masa tanpa raja, lihat Tawarikh 2, baris 14, dari Assyrian and Babylonian Chronicles, halaman 87-88.
10. Beberapa pakar berargumen bahwa raja-raja tertentu tidak disertakan oleh Ptolemeus—yang konon hanya mencantumkan raja-raja Babilon—karena mereka disebut dengan gelar ”Raja Asiria”. Tetapi, sebagaimana Anda perhatikan di kotak halaman 30, beberapa raja dalam kanon Ptolemeus juga bergelar ”Raja Asiria”. Berdasarkan lempeng perdagangan, surat berhuruf paku, dan inskripsi, jelaslah bahwa Raja Asyur-etel-ilani, Sin-syumu-lisyir, dan Sin-syara-iskun pernah memerintah Babilonia.
[Bagan/Gambar di hlm. 29]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
RAJA-RAJA NEO-BABILONIA
Jika para sejarawan ini dapat diandalkan, mengapa data mereka berlainan?
Raja
Nabopolasar
BEROSUS ± 350-270 SM (21)
POLIHISTOR 105-? SM (20)
YOSEFUS 37-?100 M (—)
PTOLEMEUS ± 100-170 M (21)
Nebukhadnezar II
BEROSUS ± 350-270 SM (43)
POLIHISTOR 105-? SM (43)
YOSEFUS 37-?100 M (43)
PTOLEMEUS ± 100-170 M (43)
Amel-Marduk
BEROSUS ± 350-270 SM (2)
POLIHISTOR 105-? SM (12)
YOSEFUS 37-?100 M (18)
PTOLEMEUS ± 100-170 M (2)
Neriglisar
BEROSUS ± 350-270 SM (4)
POLIHISTOR 105-? SM (4)
YOSEFUS 37-?100 M (40)
PTOLEMEUS ± 100-170 M (4)
Labasyi-Marduk
BEROSUS ± 350-270 SM (9 bulan)
POLIHISTOR 105-? SM (—)
YOSEFUS 37-?100 M (9 bulan)
PTOLEMEUS ± 100-170 M (—)
Nabonidus
BEROSUS ± 350-270 SM (17)
POLIHISTOR 105-? SM (17)
YOSEFUS 37-?100 M (17)
PTOLEMEUS ± 100-170 M (17)
(#) = Masa pemerintahan (dalam satuan tahun) menurut sejarawan era Yunani-Romawi
[Keterangan]
Photograph taken by courtesy of the British Museum
[Bagan/Gambar di hlm. 30]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
APAKAH KANON PTOLEMEUS SESUAI DENGAN LEMPENG KUNO?
Beberapa nama raja tidak disebutkan dalam daftar Ptolemeus. Mengapa?
KANON PTOLEMEUS
Nabonasar
Nabu-nadin-zeri (Nadinu)
Mukin-zeri and Pul
Ululayu (Syalmaneser V) “Raja Asiria”
Merodakh-baladan
Sargon II “Raja Asiria”
Periode Pertama Tanpa Raja
Bel-ibni
Asyur-nadin-syumi
Nergal-usyezib
Musyezib-Marduk
Periode Kedua Tanpa Raja
Esarhadon “Raja Asiria”
Syamas-syuma-ukin
Kandalanu
Nabopolasar
Nebukhadnezar
Amel-Marduk
Neriglisar
Nabonidus
Kores
Kambises
DAFTAR RAJA URUK PADA LEMPENG KUNO
Kandalanu
Sin-syumu-lisyir
Sin-syara-iskun
Nabopolasar
Nebukhadnezar
Amel-Marduk
Neriglisar
Labasyi-Marduk
Nabonidus
[Gambar]
Tawarikh Babilonia adalah bagian dari catatan berhuruf paku yang membantu kita menentukan keakuratan kanon Ptolemeus
[Keterangan]
Photograph taken by courtesy of the British Museum
[Keterangan gambar di hlm. 31]
Photograph taken by courtesy of the British Museum