Teruslah Maju Secara Rohani!

Teruslah Maju Secara Rohani!

”Teruslah ikuti bimbingan kuasa kudus.”​—GALATIA 5:16.

NYANYIAN: 22, 75

1, 2. Apa yang disadari seorang saudara, dan apa yang dia lakukan?

ROBERT dibaptis ketika masih remaja, tapi kebenaran tidak benar-benar ada dalam hatinya. Dia berkata, ”Dari luar, saya terlihat seperti orang yang rohani. Saya tidak melakukan dosa, selalu berhimpun, dan saya merintis ekstra beberapa kali setahun. Tapi bagi saya, semua itu sekadar rutin. Rasanya ada yang kurang.”

2 Setelah menikah, barulah Robert sadar apa yang kurang. Dia dan istrinya sering bermain kuis Alkitab. Istrinya mengenal Alkitab dengan baik dan bisa menjawab semua pertanyaan Robert. Tapi, Robert sering kali tidak bisa menjawab pertanyaan istrinya, jadi dia malu. Dia berkata, ”Ternyata saya tidak tahu apa-apa. Saya sadar bahwa saya perlu berubah supaya bisa membimbing istri saya secara rohani.” Dia bercerita, ”Saya mulai mempelajari Alkitab. Saya terus belajar. Lama-lama, saya mulai memahaminya, dan yang terpenting, saya jadi dekat dengan Yehuwa.”

3. (a) Apa yang kita pelajari dari pengalaman Robert? (b) Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas?

3 Kita bisa belajar dari pengalaman Robert. Kita mungkin sedikit banyak tahu ajaran Alkitab, rutin berhimpun, dan rajin mengabar. Namun, itu tidak cukup untuk membuat kita berpikiran rohani. Atau, kita mungkin sudah membuat kemajuan rohani, tapi saat memeriksa diri, masih ada hal-hal yang perlu kita perbaiki. (Flp. 3:16) Di artikel ini, kita akan membahas tiga pertanyaan penting: (1) Bagaimana kita bisa memeriksa kerohanian kita? (2) Apa yang perlu kita lakukan untuk menjadi matang secara rohani? (3) Bagaimana kita bisa berpikiran rohani dalam kehidupan sehari-hari?

CARA MEMERIKSA DIRI

4. Siapa saja yang harus mengikuti nasihat di Efesus 4:23, 24?

4 Dulu, sewaktu kita mulai belajar Alkitab, kita membuat banyak perubahan dalam kehidupan kita. Tapi setelah dibaptis, kita masih perlu berubah. Alkitab berkata, ”Cara berpikir kalian harus terus diperbarui.” (Ef. 4:23, 24) Selain itu, karena tidak sempurna, kita perlu terus membuat perubahan. Bahkan jika kita sudah bertahun-tahun melayani Yehuwa, kita perlu terus memperkuat hubungan kita dengan-Nya.​—Flp. 3:12.

5. Pertanyaan apa saja yang bisa kita renungkan untuk memeriksa diri?

5 Kita semua, tua maupun muda, harus memeriksa diri dengan jujur. Pikirkanlah: ’Apakah saya semakin lama menjadi semakin rohani? Apakah kepribadian saya semakin mirip dengan Kristus? Apakah sikap saya di perhimpunan menunjukkan bahwa saya orang yang rohani? Apa yang ditunjukkan oleh isi percakapan saya tentang hal yang terpenting dalam hidup saya? Bagaimana dengan kebiasaan belajar saya, penampilan saya, atau reaksi saya saat dinasihati? Apa yang saya lakukan saat tergoda untuk berbuat salah? Apakah saya bertumbuh menjadi orang Kristen yang matang?’ (Ef. 4:13) Dengan merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini, kita akan tahu seberapa besar kemajuan rohani kita.

6. Apa lagi yang kita perlukan untuk memeriksa apakah kita berpikiran rohani?

6 Kadang, kita perlu bantuan orang lain untuk memeriksa apakah kita berpikiran rohani. Rasul Paulus berkata bahwa manusia jasmani tidak sadar bahwa cara hidupnya membuat Allah tidak senang. Sebaliknya, orang yang rohani memahami pandangan Allah dan tahu bahwa Allah tidak suka dengan cara hidup manusia jasmani. (1 Kor. 2:14-16; 3:1-3) Para penatua, yang berpikiran rohani seperti Kristus, bisa dengan cepat menyadari kalau ada anggota sidang yang mulai berpikiran jasmani. Mereka pun langsung membantu. Jika para penatua ingin membantu kita, apakah kita mau dibantu dan berubah? Jika ya, kita menunjukkan bahwa kita ingin menjadi semakin rohani.​—Pkh. 7:5, 9.

MENJADI SEMAKIN KUAT SECARA ROHANI

7. Apa yang menunjukkan bahwa mengetahui ajaran Alkitab tidak cukup untuk membuat kita berpikiran rohani?

7 Untuk memiliki pikiran rohani, sekadar tahu tentang ajaran Alkitab belum cukup. Raja Salomo tahu banyak tentang Yehuwa, dan kata-kata bijaknya pun dicatat dalam Alkitab. Tapi belakangan, dia menjauh dari Yehuwa dan tidak setia lagi. (1 Raj. 4:29, 30; 11:4-6) Jadi, agar kita semakin rohani, apa lagi yang perlu kita lakukan? Kita perlu terus memperkuat iman kita. (Kol. 2:6, 7) Bagaimana caranya?

8, 9. (a) Apa yang bisa membantu kita memperkuat iman? (b) Apa tujuan kita belajar dan merenung? (Lihat gambar di awal artikel.)

8 Di abad pertama, Paulus menasihati agar orang Kristen ”terus berupaya untuk menjadi dewasa” secara rohani. (Ibr. 6:1) Bagaimana kita bisa melakukannya? Salah satu caranya adalah dengan mempelajari buku Cara agar Tetap Dikasihi Allah. Buku itu bisa membantu kita mengerti caranya mengikuti prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupan kita. Setelah menyelesaikan buku itu, kita bisa mempelajari publikasi lainnya untuk memperkuat iman. (Kol. 1:23) Kita juga perlu merenungkan apa yang kita pelajari dan meminta bantuan Yehuwa untuk menjalankannya.

9 Ingatlah bahwa tujuan kita belajar dan merenung adalah agar kita semakin bertekad untuk menyenangkan dan menaati Allah. (Mz. 40:8; 119:97) Selain belajar dan merenung, kita juga perlu menolak apa pun yang bisa menghambat kemajuan rohani kita.​—Tit. 2:11, 12.

10. Bagaimana anak muda bisa menjadi kuat secara rohani?

10 Anak-anak muda, apakah kalian punya cita-cita rohani? Seorang saudara yang melayani di Betel sering berbicara dengan anak-anak muda yang akan dibaptis di kebaktian wilayah. Dia menanyakan tentang cita-cita rohani mereka. Banyak yang menjawab bahwa mereka sudah memikirkannya. Ada yang ingin melayani Yehuwa sepenuh waktu atau pindah ke tempat yang membutuhkan penyiar. Tapi, ada juga yang tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Mengapa? Apakah mereka merasa tidak perlu memiliki cita-cita rohani? Anak-anak muda, pikirkanlah: ’Apakah saya berhimpun dan mengabar hanya karena disuruh orang tua? Apakah saya punya hubungan yang akrab dengan Allah?’ Tentu saja, bukan hanya anak muda yang perlu memiliki cita-cita rohani, atau tujuan rohani, karena hal itu bisa membuat kita semua semakin kuat secara rohani.​—Pkh. 12:1, 13.

11. (a) Apa yang perlu kita lakukan agar berpikiran rohani? (b) Teladan siapa yang bisa kita tiru?

11 Setelah tahu apa saja yang perlu kita perbaiki, kita perlu berubah. Ini sangat penting, karena ini soal hidup atau mati. (Rm. 8:6-8) Yehuwa tidak menuntut agar kita sempurna, dan Dia akan membantu kita dengan kuasa kudus-Nya. Tapi, kita sendiri harus berupaya keras. Saudara John Barr, yang dulu melayani sebagai anggota Badan Pimpinan, pernah berkomentar tentang Lukas 13:24, ”Banyak orang tidak bisa masuk melalui pintu yang sempit karena mereka tidak berupaya untuk menjadi kuat secara rohani.” Kita harus meniru Yakub, yang terus bergulat dengan malaikat sampai akhirnya mendapat berkat. (Kej. 32:26-28) Belajar Alkitab bisa menyenangkan, tapi Alkitab tidak seperti novel, yang dibaca sebagai hiburan saja. Kita perlu berupaya untuk menemukan harta rohani yang bisa bermanfaat bagi kita.

12, 13. (a) Bagaimana kita bisa memiliki pikiran Kristus? (b) Apa yang bisa kita pelajari dari teladan dan nasihat Petrus? (c) Apa yang bisa kita lakukan agar semakin kuat secara rohani? (Lihat kotak ” Cara agar Kita Semakin Kuat Secara Rohani”.)

12 Jika kita berusaha untuk menjadi semakin rohani, kuasa kudus akan membantu kita mengubah cara berpikir kita. Sedikit demi sedikit, kita akan memiliki pikiran Kristus. (Rm. 15:5) Dengan bantuan kuasa kudus, kita bisa membuang keinginan yang salah dan memupuk sifat-sifat yang menyenangkan Allah. (Gal. 5:16, 22, 23) Jika kita menyadari bahwa fokus kita selama ini adalah mengumpulkan harta atau bersenang-senang, jangan kecil hati. Teruslah minta kuasa kudus Yehuwa supaya bisa berfokus pada hal-hal yang benar. (Luk. 11:13) Ingatlah Rasul Petrus. Dia tidak selalu berpikir seperti Kristus. (Mat. 16:22, 23; Luk. 22:34, 54-62; Gal. 2:11-14) Tapi dia tidak menyerah, dan Yehuwa membantu dia. Hasilnya, sedikit demi sedikit, Petrus bisa berpikir seperti Kristus. Kita pun pasti bisa.

13 Belakangan, Petrus menyebutkan beberapa hal yang bisa membantu kita. (Baca 2 Petrus 1:5-8.) Kita perlu berupaya keras untuk mengendalikan diri, bertekun, menyayangi saudara kita, dan memupuk sifat-sifat bagus lainnya. Setiap hari, renungkanlah: ’Sifat apa yang akan saya usahakan hari ini supaya saya semakin kuat secara rohani?’

IKUTI PRINSIP ALKITAB SETIAP HARI

14. Bagaimana kita bisa berpikiran rohani dalam kehidupan sehari-hari?

14 Jika kita berpikir seperti Kristus, itu akan terlihat dari kata-kata kita, tingkah laku kita di tempat kerja atau di sekolah, dan keputusan yang kita buat setiap hari. Sebagai orang yang rohani, kita tidak akan membiarkan apa pun merusak persahabatan kita dengan Yehuwa. Saat tergoda untuk berbuat salah, kita akan menolaknya. Biasakan diri untuk merenungkan hal-hal berikut ini sebelum membuat keputusan: ’Prinsip Alkitab mana yang bisa membantu saya? Apa yang akan Kristus lakukan dalam situasi ini? Keputusan apa yang akan menyenangkan Yehuwa?’ Sekarang, mari kita bahas beberapa situasi yang mungkin kita hadapi. Untuk setiap situasi, kita akan melihat prinsip Alkitab apa yang bisa membantu kita membuat keputusan yang bijak.

15, 16. Jelaskan bagaimana orang yang berpikiran seperti Kristus akan membuat keputusan soal (a) memilih teman hidup. (b) memilih teman bergaul.

15 Memilih teman hidup. Prinsip Alkitabnya adalah 2 Korintus 6:14, 15. (Baca.) Paulus dengan jelas menunjukkan bahwa manusia rohani punya pandangan yang berbeda dengan manusia jasmani. Bagaimana prinsip ini membantu Saudara memilih teman hidup?

16 Memilih teman bergaul. Prinsip Alkitabnya adalah 1 Korintus 15:33. (Baca.) Orang yang rohani tidak akan bergaul dengan orang-orang yang bisa melemahkan imannya. Pikirkanlah bagaimana Saudara bisa mengikuti prinsip ini dalam berbagai situasi. Misalnya, bagaimana Saudara akan membuat keputusan soal jejaring sosial? Atau, apa yang akan Saudara lakukan jika Saudara diajak bermain game online bersama orang yang tidak dikenal?

Apakah keputusan saya membantu saya untuk menjadi semakin rohani, memiliki cita-cita rohani, dan ”hidup damai”? (Lihat paragraf 17)

17-19. Sebagai orang yang rohani, bagaimana Saudara memandang (a) kegiatan yang tidak berguna? (b) cita-cita? (c) perselisihan?

17 Kegiatan yang menghambat kemajuan rohani kita. Ada peringatan serius yang dicatat di Ibrani 6:1. (Baca.) Apa saja ”perbuatan sia-sia” yang harus kita hindari? Ini adalah kegiatan-kegiatan yang tidak berguna, yang tidak membuat kita semakin rohani. Peringatan itu bisa membantu kita memikirkan: ’Apakah kegiatan ini memang berguna? Apakah saya mau ikut bisnis seperti ini? Mengapa saya tidak akan bergabung dengan kelompok yang berupaya mengubah keadaan dunia ini?’

Apakah keputusan saya membantu saya untuk menjadi semakin rohani, memiliki cita-cita rohani, dan ”hidup damai”? (Lihat paragraf 18)

18 Cita-cita rohani. Dalam Khotbah di Gunung, Yesus memberi kita nasihat bagus tentang apa yang harus kita utamakan. (Mat. 6:33) Orang yang rohani akan mengutamakan Kerajaan Allah dalam hidupnya. Prinsip ini akan membantu kita memikirkan: ’Apakah saya akan kuliah setelah menyelesaikan sekolah? Apakah saya akan menerima pekerjaan ini?’

Apakah keputusan saya membantu saya untuk menjadi semakin rohani, memiliki cita-cita rohani, dan ”hidup damai”? (Lihat paragraf 19)

19 Perselisihan. Nasihat Paulus untuk orang Kristen di Roma bisa membantu kita saat ada perselisihan. (Rm. 12:18) Karena meniru Kristus, kita berusaha untuk ”hidup damai dengan semua orang”. Jadi, bagaimana reaksi kita jika orang lain punya pendapat yang berbeda? Apakah kita sulit menerima pendapat orang lain? Atau apakah kita dikenal sebagai orang yang suka damai?​—Yak. 3:18.

20. Mengapa Saudara ingin menjadi semakin rohani?

20 Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa jika kita memikirkan prinsip-prinsip Alkitab, kita bisa membuat keputusan yang menyenangkan Yehuwa. Jika kita berpikiran rohani, hidup kita akan bahagia dan memuaskan. Robert, yang disebutkan sebelumnya, berkata, ”Sejak saya lebih akrab dengan Yehuwa, saya menjadi suami dan ayah yang lebih baik. Saya puas dan bahagia.” Kita pun bisa mendapat banyak manfaat jika kita berusaha sebisa-bisanya untuk menjadi semakin rohani. Kita akan lebih bahagia sekarang, dan kita akan menikmati ”kehidupan yang sebenarnya” di masa depan.​—1 Tim. 6:19.