Terimalah Disiplin agar Menjadi Berhikmat

Terimalah Disiplin agar Menjadi Berhikmat

”Dengarkan nasihat dan terimalah didikan, supaya nanti kamu menjadi berhikmat.”​—AMS. 19:20, ctk.

NYANYIAN: 48, 11

1. Bagaimana kita bisa mendapat hikmat, dan apa manfaatnya?

YEHUWA adalah Sumber hikmat, dan Dia memberikannya dengan limpah kepada kita. Yakobus 1:5 berkata, ”Kalau kalian perlu lebih banyak hikmat, teruslah memintanya kepada Allah . . . karena Allah memberi dengan limpah kepada semua orang dan tidak akan mencela.” Kita bisa mendapat hikmat itu kalau kita mau menerima disiplin Allah. Hikmat bisa menjaga kita agar kita tetap dekat dengan Yehuwa dan tidak berbuat salah. (Ams. 2:10-12) Hasilnya, kita punya harapan untuk hidup selamanya.​—Yud. 21.

2. Apa yang bisa membuat kita menghargai disiplin Allah?

2 Karena kita tidak sempurna atau karena cara kita dibesarkan, kita kadang sulit menerima disiplin. Kita bisa jadi memandang disiplin sebagai sesuatu yang buruk. Tapi kita akan menghargai disiplin Allah saat kita merasakan manfaatnya dan sadar bahwa itu adalah bukti kasih Allah. Amsal 3:11, 12 berkata, ”Anakku, jangan menolak disiplin dari Yehuwa . . . karena Yehuwa menegur orang yang Dia sayangi.” Yakinlah, Yehuwa menginginkan yang terbaik bagi kita. (Baca Ibrani 12:5-11.) Karena Dia mengenal kita dengan baik, disiplin yang Dia berikan selalu cocok bagi kita. Di artikel ini kita akan membahas empat hal tentang disiplin: (1) disiplin diri, (2) disiplin dari orang tua, (3) disiplin yang kita terima di sidang, dan (4) satu hal yang lebih menyakitkan daripada mendapat disiplin.

MENJADI BERHIKMAT DENGAN MEMILIKI DISIPLIN DIRI

3. Bagaimana seorang anak bisa memiliki disiplin diri? Berikan contoh.

3 Jika kita memiliki disiplin diri, kita bisa mengendalikan tingkah laku dan cara berpikir kita. Tapi kita tidak secara otomatis memilikinya. Kita perlu belajar. Ini mirip dengan seorang anak yang belajar naik sepeda. Awalnya, orang tuanya ikut memegang sepeda itu agar anaknya tidak jatuh. Setelah anak itu mulai bisa seimbang, orang tuanya akan sedikit-sedikit melepas pegangannya. Sewaktu orang tuanya yakin bahwa anak itu tidak akan jatuh, mereka akan benar-benar melepas pegangan mereka. Begitu juga, seorang anak akan memiliki hikmat dan disiplin diri jika orang tua dengan sabar melatih mereka dengan didikan dan nasihat dari Yehuwa.​—Ef. 6:4.

4, 5. (a) Mengapa disiplin diri adalah bagian penting dari kepribadian baru? (b) Mengapa kita tidak perlu kecil hati jika kita melakukan kesalahan?

4 Orang yang mengenal Yehuwa setelah dewasa mungkin sedikit banyak sudah memiliki disiplin diri. Tapi, mereka belum menjadi orang Kristen yang matang. Mereka bisa menjadi matang jika mereka terus berusaha untuk ”mengenakan kepribadian baru” dan meniru Kristus. (Ef. 4:23, 24) Disiplin diri adalah bagian penting dari kepribadian baru, karena ini membuat kita bisa ”menolak apa yang buruk di mata Allah, menolak keinginan duniawi, hidup dengan pertimbangan yang baik, dengan kebenaran, dan dengan pengabdian kepada Allah di tengah dunia sekarang ini”.​—Tit. 2:12.

5 Kita semua memang tidak sempurna. (Pkh. 7:20) Jadi kalau kita melakukan kesalahan, itu tidak selalu berarti kita tidak punya disiplin diri. Amsal 24:16 berkata, ”Kalaupun orang benar jatuh sampai tujuh kali, dia akan bangun lagi.” Bagaimana kita bisa ”bangun lagi”? Bukan dengan kekuatan kita sendiri, tapi dengan kuasa kudus Allah. (Baca Filipi 4:13.) Buah yang dihasilkan kuasa itu mencakup pengendalian diri, yang berkaitan dengan disiplin diri.

6. Bagaimana agar kita bisa menikmati pelajaran Alkitab? (Lihat gambar di awal artikel.)

6 Untuk memiliki disiplin diri, kita juga perlu berdoa, belajar Alkitab, dan merenung. Tapi, bagaimana jika Saudara kesulitan mempelajari Alkitab atau tidak suka belajar? Ingatlah, Yehuwa bisa membantu Saudara ’memupuk keinginan’ akan Firman-Nya jika Saudara mau dibantu. (1 Ptr. 2:2) Jadi, berdoalah meminta bantuan Allah. Lalu, Saudara bisa mulai dengan menggunakan beberapa menit saja setiap kali belajar. Lama-lama, belajar Alkitab akan menjadi semakin mudah dan menyenangkan. Saudara akan menikmati saat-saat Saudara merenungkan Firman Yehuwa yang berharga.​—1 Tim. 4:15.

7. Bagaimana disiplin diri bisa membantu kita mencapai cita-cita rohani kita?

7 Disiplin diri bisa membantu kita mencapai cita-cita rohani kita. Misalnya, seorang ayah merasa bahwa semangatnya dalam pelayanan sudah menurun. Maka, dia bertekad untuk merintis biasa. Bagaimana disiplin diri membantu dia? Dia membaca artikel-artikel di majalah kita tentang merintis dan mendoakannya. Itu memperkuat hubungannya dengan Yehuwa. Dia juga merintis ekstra sesering mungkin. Meski ada banyak tantangan, dia tetap fokus pada cita-citanya. Akhirnya, dia menjadi perintis biasa.

BESARKAN ANAK SAUDARA DENGAN DIDIKAN YEHUWA

Anak-anak perlu dilatih agar mereka tahu mana yang benar dan salah (Lihat paragraf 8)

8-10. Bagaimana orang tua bisa berhasil mendidik anak mereka untuk melayani Yehuwa? Berikan contoh.

8 Yehuwa memberi orang tua tanggung jawab untuk membesarkan anak ”dengan didikan dan nasihat Yehuwa”. (Ef. 6:4) Itu tidak mudah di zaman sekarang. (2 Tim. 3:1-5) Ketika lahir, anak-anak belum tahu mana yang benar dan salah. Hati nurani mereka pun belum terlatih. Jadi mereka perlu dididik, atau didisiplin. (Rm. 2:14, 15) Seorang pakar Alkitab menjelaskan bahwa kata Yunani untuk ”disiplin” bisa juga berarti membesarkan anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.

9 Kalau orang tua mendisiplin anak dengan pengasih, anak itu akan merasa aman. Mereka akan belajar bahwa kebebasan itu ada batasnya, dan apa pun yang mereka lakukan ada akibatnya. Jadi, orang tua Kristen perlu mengandalkan hikmat Yehuwa. Cara orang membesarkan anak terus berubah dan berbeda-beda, bergantung pada kebudayaan mereka. Tapi, orang tua yang menaati Allah tidak akan mencoba cara mereka sendiri atau mengandalkan pengalaman atau pendapat manusia.

10 Kita bisa belajar dari contoh Nuh. Ketika Yehuwa menyuruhnya membangun bahtera, Nuh tidak bisa mengandalkan pengalamannya sendiri, karena dia belum pernah membangun bahtera. Jadi dia harus mengandalkan Yehuwa, dan dia melakukan semuanya persis seperti yang Yehuwa perintahkan. (Kej. 6:22) Hasilnya, dengan bahtera itu, Nuh dan keluarganya bisa selamat! Nuh juga berhasil dalam membesarkan anak-anaknya karena mengandalkan hikmat Allah. Dia mengajar anak-anaknya dengan baik dan menjadi teladan bagi mereka, padahal mereka hidup di masa yang sulit menjelang Air Bah.​—Kej. 6:5.

11. Apa hasilnya jika orang tua berupaya keras untuk mendidik anak?

11 Sebagai orang tua, bagaimana Saudara bisa meniru Nuh dalam membesarkan anak? Dengarkanlah Yehuwa. Ikutilah nasihat dari Firman Allah dan organisasi-Nya. Nantinya, anak Saudara akan bersyukur karena Saudara melakukannya. Seorang saudara menulis, ”Saya sangat bersyukur atas cara orang tua saya membesarkan saya. Mereka berusaha sebisa-bisanya untuk menyentuh hati saya. Mereka benar-benar membantu saya maju secara rohani.” Tentu saja, meski orang tua sudah berupaya keras untuk mendidik anak mereka, bisa jadi anak itu memilih untuk meninggalkan Yehuwa. Tapi, jika orang tua sudah berusaha sebisa-bisanya, mereka akan punya hati nurani yang bersih dan bisa berharap anak mereka kembali kepada Yehuwa.

12, 13. (a) Jika seorang anak dipecat, bagaimana orang tua bisa menunjukkan bahwa mereka menaati Allah? (b) Dari pengalaman sebuah keluarga, apa manfaatnya jika orang tua menaati Yehuwa?

12 Bagi beberapa orang tua, ketaatan mereka benar-benar diuji saat anak mereka dipecat. Itulah yang dialami seorang saudari yang anak perempuannya dipecat dan meninggalkan rumah. Dia berkata, ”Saya mencari-cari celah dalam publikasi kita supaya saya bisa bergaul dengan anak saya dan cucu saya.” Tapi, suaminya membuat dia sadar bahwa anak itu bukan tanggung jawab mereka lagi, dan mereka harus setia kepada Yehuwa.

13 Beberapa tahun kemudian, anak mereka diterima kembali di sidang. Ibunya berkata, ”Sekarang dia menelepon saya atau mengirim pesan hampir tiap hari! Dia juga sangat merespek saya dan suami saya karena kami taat kepada Allah. Kami sekeluarga jadi akrab sekali.” Jika anak Saudara dipecat, apakah Saudara akan ’percaya kepada Yehuwa dengan sepenuh hati’ dan tidak ’mengandalkan pengertian Saudara sendiri’? (Ams. 3:5, 6) Ingatlah, disiplin Yehuwa adalah bukti bahwa Dia bijaksana dan sangat menyayangi kita. Jangan lupa bahwa Dia telah mengorbankan Putra-Nya untuk semua manusia, termasuk anak Saudara. Dia ingin agar semua orang hidup abadi. (Baca 2 Petrus 3:9.) Jadi, percayalah bahwa disiplin dan bimbingan Yehuwa selalu benar. Taati Dia bahkan jika itu menyakitkan. Terimalah disiplin Allah, dan jangan melawannya.

DALAM SIDANG

14. Apa manfaatnya jika kita mengikuti petunjuk Yehuwa melalui ”pengurus yang setia”?

14 Yehuwa telah berjanji untuk memperhatikan, melindungi, dan mengajar sidang Kristen. Dia pun menepatinya dengan berbagai cara. Misalnya, Dia melantik Putra-Nya untuk mengepalai sidang. Lalu, Yesus menugaskan ”pengurus yang setia” untuk menyediakan makanan rohani yang tepat waktu. (Luk. 12:42) Pengurus itu terus memberi kita petunjuk, atau disiplin, yang berguna. Saudara mungkin pernah mendengar khotbah atau membaca artikel yang membuat Saudara mengubah cara berpikir atau tingkah laku Saudara. Itu bagus sekali, karena itu berarti Saudara mau menerima disiplin Yehuwa.​—Ams. 2:1-5.

15, 16. (a) Bagaimana kita bisa mendapat manfaat dari kerja keras para penatua? (b) Bagaimana kita bisa meringankan beban para penatua?

15 Kristus juga menyediakan ”pemberian berupa manusia”, yaitu para penatua yang menggembalakan sidang. (Ef. 4:8, 11-13) Bagaimana kita bisa mendapat manfaat dari kerja keras mereka? Kita bisa meniru iman dan teladan mereka, serta mengikuti nasihat mereka yang berdasarkan Alkitab. (Baca Ibrani 13:7, 17.) Para penatua menyayangi kita dan ingin agar kita dekat dengan Yehuwa. Jika mereka melihat bahwa kita tidak rutin berhimpun atau kehilangan semangat, mereka akan segera membantu kita. Mereka akan mendengarkan dan menguatkan kita, serta memberikan nasihat yang cocok dari Alkitab. Apakah Saudara memandang bantuan mereka sebagai bukti bahwa Yehuwa menyayangi Saudara?

16 Ingatlah, tidak mudah bagi para penatua untuk menasihati kita. Bayangkan perasaan Nabi Natan ketika dia harus menegur Raja Daud yang menutup-nutupi dosa seriusnya. (2 Sam. 12:1-14) Bayangkan juga perasaan Rasul Paulus ketika dia harus mengoreksi Petrus, salah satu dari ke-12 rasul, yang bersikap tidak adil terhadap saudara-saudari yang bukan Yahudi. Paulus pasti harus memberanikan diri. (Gal. 2:11-14) Jadi, bagaimana Saudara bisa meringankan beban para penatua? Bersikaplah rendah hati dan mudah diajak bicara, serta tunjukkan rasa terima kasih. Pandanglah bantuan mereka sebagai bukti kasih Allah. Dengan begitu, Saudara akan mendapat manfaat, dan para penatua akan senang melakukan tugas mereka.

17. Bagaimana para penatua membantu seorang saudari?

17 Seorang saudari bercerita bahwa pengalaman buruknya membuat dia merasa sulit menyayangi Yehuwa. Akibatnya, dia menjadi depresi. Dia berkata, ”Saya sadar saya harus bicara kepada para penatua. Mereka tidak menegur atau menyalahkan saya, tapi mereka menguatkan dan membesarkan hati saya. Setiap selesai berhimpun, tidak soal seberapa sibuknya mereka, setidaknya ada satu penatua yang menanyakan kabar saya. Karena masa lalu saya, saya merasa tidak pantas disayangi Allah. Tapi, Yehuwa terus menggunakan sidang dan para penatua untuk menunjukkan bahwa Dia sayang kepada saya. Saya berdoa agar saya tidak pernah meninggalkan Dia.”

YANG LEBIH MENYAKITKAN DARIPADA MENDAPAT DISIPLIN

18, 19. Apa yang lebih menyakitkan daripada mendapat disiplin? Berikan contoh.

18 Disiplin memang bisa menyakitkan, tapi menolak disiplin Allah bisa menimbulkan akibat yang lebih menyakitkan. (Ibr. 12:11) Kita bisa belajar dari contoh buruk Kain dan Raja Zedekia. Saat Allah melihat bahwa Kain membenci dan ingin membunuh adiknya, Allah menasihati Kain, ”Kenapa kamu sangat marah dan kecewa? Kalau kamu berubah dan berbuat baik, Aku akan menerimamu lagi. Tapi kalau tidak, dosa sudah mengintai di dekatmu dan ingin sekali menguasaimu. Kamu harus mengalahkannya.” (Kej. 4:6, 7) Kain menolak disiplin Yehuwa dan membunuh adiknya, sehingga dia harus menanggung akibatnya seumur hidup. (Kej. 4:11, 12) Seandainya Kain mau mendengarkan Allah, dia tidak akan menderita.

19 Zedekia adalah raja yang lemah dan jahat. Ketika dia memerintah, keadaan di Yerusalem sangat buruk. Nabi Yeremia berulang kali menasihati dia bahwa dia perlu berubah. Tapi Zedekia menolak disiplin Yehuwa, dan akibatnya tragis. (Yer. 52:8-11) Ya, Yehuwa mendisiplin kita karena Dia tidak ingin kita salah langkah dan akhirnya menderita.​—Baca Yesaya 48:17, 18.

20. Apa yang akan dialami orang yang menerima disiplin Allah dan orang yang menolaknya?

20 Di zaman kita, banyak orang meremehkan dan mengabaikan disiplin Allah. Tapi sebentar lagi, semua yang menolak disiplin Allah akan menanggung akibat yang menyedihkan. (Ams. 1:24-31) Jadi terimalah disiplin, atau didikan, Allah agar kita menjadi berhikmat. Amsal 4:13 berkata, ”Berpeganglah pada didikan; jangan lepaskan. Jagalah itu, karena itu kehidupanmu.”